20 Ciri SDM Berkualitas Tinggi

20 Ciri SDM Berkualitas Tinggi

Akhir-akhir ini saya sering mendengar atau membaca istilah Sumber Daya Manusia (SDM) rendah. Banyak hal yang melatarbelakangi kemunculannya. Biasanya sih orang yang sebel terhadap orang lain bakal mengeluarkan istilah itu, “Dasar SDM rendah”.

Nah, saya jadi tergugah untuk menjabarkan tentang kebalikannnya, yaitu ciri-ciri SDM berkualitas tinggi. Kalau kita ingin dianggap sebagai SDM berkualitas tinggi, kira-kira kriteria apa saja yang mesti kita penuhi? Inilah ulasannya.

  1. Memahami dan melakukan basic manner paling sederhana: ucapkan maaf, tolong, permisi, dan terima kasih kepada orang lain dalam kondisi yang tepat.
  2. Pantang adu nasib saat orang lain sedang curhat. Kita bukan pusat dunia, maka ambillah giliran untuk mendengarkan cerita orang lain tanpa bertutur tentang diri sendiri.
  3. Tidak melontarkan pertanyaan yang menyudutkan orang lain; kapan lulus, kapan nikah, kapan punya anak, gaji berapa, dan sebagainya. Uruslah urusanmu sendiri.
  4. Membiasakan diri membaca sebelum berkomentar, bertanya, atau protes. Mayoritas orang Indonesia malas membaca, maka jangan jadi salah satu di antaranya. Informasi sudah ditulis lengkap di caption atau video, tapi masih tanya-tanya di kolom komentar.
  5. Menghargai makanan, jangan terlalu sering mencela, apalagi bila makanan itu pemberian dari orang lain. Mencela makanan membuat kita tampak tidak bersyukur ketika menerima rezeki tersebut.
  6. Mau belajar hal-hal baru. Belajar tak selalu identik dengan sekolah atau kursus. Sekarang, belajar bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja dari berbagai sumber. Pahami fakta yang valid agar tidak mudah dipengaruhi hoax.
  7. Menghormati orang lain yang juga menghormati kita, sekalipun orang tersebut usianya lebih muda. Bukan hanya orang yang lebih tua yang patut dihormati, melainkan semua orang yang mampu memanusiakan manusia.
  8. Soft spoken pada situasi yang tepat, terutama ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi daripada kita. Kemampuan soft spoken menunjukkan bahwa kita adalah orang yang terpelajar dan beretika.
  9. Menggunakan media sosial dengan bijak. Media sosial sangat bermanfaat untuk terhubung dengan teman lama, menjalin relasi baru, mencari informasi, dan mengamati tren yang sedang populer. Namun, menggunakan media sosial secara membabi buta malah berisiko menjadi sarana penyebaran hoax dan memicu konflik, terutama yang berkaitan dengan politik, Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).
  10. Mendengarkan dan menghargai opini orang lain. Pendapat orang tentu tidak selalu sejalan dengan pikiran kita. Kondisi ini tak boleh dijadikan alasan untuk merendahkan bahkan menyerang orang lain yang berbeda pendapat dengan kita.
  11. Menggunakan fasilitas umum secara tepat. Salah satu ciri khas SDM rendah adalah menyalahgunakan fasilitas umum bahkan merusaknya. Misalnya, jogging track malah dipakai jadi tempat piknik, gelar tiker seenaknya sambil makan-makan sampai menghalangi orang-orang yang lagi jogging.
  12. Menghargai Waktu. Cara menghargai waktu paling mudah adalah memprioritaskan kegiatan penting sebelum bersenang-senang. Jauhi berbagai bentuk godaan yang menggagalkan pemanfaatan waktu secara efektif. Jangan lupa pula datang tepat waktu ketika ada janji dengan orang lain.
  13. Membiasakan diri untuk selalu membaca. Bukan soal membaca buku saja, melainkan hal penting lain yang berkaitan dengan aturan atau petunjuk. Indonesia termasuk negara dengan tingkat literasi paling rendah di dunia. Informasi yang sudah terpampang jelas di depan mata (pada spanduk, brosur, atau caption) sering kali luput dari perhatian akibat malas membaca tetapi semangat berkomentar.
  14. Tidak gampang percaya dengan sesuatu, apalagi jika info tersebut tidak jelas sumbernya. Gosip atau berita buruk mengenai sesuatu hanya ditanggapi sekadarnya tanpa harus dipandang serius atau menjadi beban pikiran.
  15. Bijaksana dalam berutang. Utang membuat SDM rendah kerap memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri. Orang yang kondisi finansialnya lebih baik cenderung dimanfaatkan SDM rendah untuk berutang tanpa niat membayar. Sejatinya, utang boleh dilakukan dalam kondisi mendesak atau untuk kebutuhan produktif (misalnya merintis usaha) dengan disertai komitmen pembayaran sampai lunas.
  16. Tidak mudah terpengaruh isu politik dan SARA. Bertikai hanya karena perbedaan pilihan politik atau isu SARA lainnya adalah kebodohan besar. Padahal, objek pertengkaran justru adem ayem saja, malah tidak menyadari kalau pasukan berani matinya itu mati-matian mempertahankan kedunguan.
  17. Mendengarkan untuk memahami, bukan untuk langsung berkomentar. Pada umumnya, menasihati orang-orang kalangan SDM rendah jauh lebih lelah dan tak ada gunanya daripada menasihati SDM berkualitas. SDM rendah biasaya hanya mendengarkan untuk langsung berkomentar tanpa berusaha memahami isi omongan orang lain terlebih dahulu. Selain berkomentar, bumbu mainstream berupa adu nasib pun tak lupa ditambahkan. Nasihat orang lain belum tentu sepenuhnya benar, tetapi tak ada salahnya berusaha mencerna terlebih dahulu sebelum berkomentar atau ambil keputusan.
  18. Tidak oversharing kepada siapa pun. Berbagi cerita harus dilakukan dengan porsi yang tepat kepada orang yang tepat. Tidak semua orang benar-benar peduli. Kabar buruk membuat orang kepo atau bersorak dalam hati, kabar baik rentan bikin orang iri.
  19. Enggan merepotkan orang lain, khususnya untuk hal-hal kecil yang dapat diselesaikan sendiri. Itulah sebabnya SDM tinggi tidak pernah atau jarang berutang kepada orang terdekat, tidak sembarangan meminjam barang orang lain sampai menjadikannya hak milik, meminta oleh-oleh saat kenalan pergi keluar kota atau keluar negeri, atau hal-hal merepotkan lainnya.
  20. Bekerja atau berbisnis secara profesional. Tidak berusaha mengambil keuntungan sepihak yang berlebihan dan bukan haknya. Contohnya, sering izin tidak masuk kerja dengan alasan anak sakit (padahal anak sehat-sehat aja) atau menaikkan harga produk beberapa kali lipat ketika melihat turis asing atau pembeli yang tampak banyak uang.

No comments