Orang itu kalau dihargai dan dibuat selayaknya manusia
ia bisa bertindak seperti malaikat.
Tapi kalau ia dibuat seperti binatang
ia pun bisa bersikap seperti setan.
Aku bukan malaikat; bukan juga setan.
Aku ada di tengah mereka;
Keduanya menginginkanku.
Hari ini kuatur meja agar mereka berdua duduk bicara;
“Mau kopi apa kalian?”
Aku bukan malaikat yang tak pernah berbuat kesalahan.
Aku juga bukan setan yang tak punya kebaikan.
Aku cuma manusia yang punya kelebihan dan kekurangan.
Lebih baik menaklukkan dirimu sendiri daripada memenangkan ratusan pertempuran.
Kemenangan itu milikmu.
Kemenangan itu tidak akan pernah bisa dirampas darimu,
tidak oleh malaikat maupun setan, surga ataupun neraka.
Bukan masalah kalau pernah berbuat salah.
Namanya juga manusia.
Yang salah itu kalau merasa dirinya suci dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Situ malaikat?
Tuhan hanya ingin menunjukkan pada kita,
bahwa malaikat tidak selalu berpenampilan sempurna.
Terkadang ia akan hadir dalam sosok yang paling tidak sempurna,
untuk memberimu cinta yang paling sempurna.
Mencintai demi dicintai itu sifat manusia,
tapi mencintai demi mencintai itu sifat malaikat.
Aku percaya
setan dan malaikat itu adalah dua wajah manusia.
Seribu kebaikan tidak akan menjadikanmu layaknya malaikat,
tapi dengan satu kesalahan cukup membuat orang lain menilaimu layaknya iblis.
Saya percaya setiap manusia dapat mewujudkan surga, neraka,
berlaku seperti malaikat, dan menjadi iblis itu sendiri.
Manusia bisa saja salah paham.
Namun malaikat tak mungkin salah catat.
Keinginan akan kekuatan yang berlebihan menyebabkan para malaikat jatuh;
keinginan ilmu menyebabkan manusia jatuh.
Malaikat hanyalah iblis yang menyamar.
Manusia, pada dasarnya, memiliki dua sisi.
Tak ada yang dilahirkan bak malaikat suci.
Seperti DNA, kedua sisi itu mengalir dalam darahmu,
dan tak bisa kau pisahkan apalagi kau hilangkan
dengan ramuan obat atau jampi-jampi apa pun.
Semua orang dilahirkan bukan untuk menjadi monster.
Saat manusia lahir, dia murni.
Orang-orang terdekatnya yang membentuknya menjadi malaikat atau monster.
Mereka yang kerap mengalami hal pahit dalam hidup
cenderung lebih mudah menganggap orang manipulatif sebagai malaikat.
Mereka berpikir bahwa malaikat itu datang membawa ketulusan.
Padahal si malaikat tak lebih dari penyamar
yang hendak melancarkan niat-niat pribadinya.
Dia yang datang membawa kebaikan belum tentu malaikat.
Dia yang muncul membawa keburukan belum tentu setan.
Sering kali niat sesungguhnya tidak langsung tampak secara kasat mata.
Sebaik apa pun kamu, pasti ada yang tidak menyukaimu.
Bahkan malaikat yang paling mulia pun tidak disukai setan.
Selembut-lembutnya hati,
jika terus disakiti akan keras seperti batu.
Sabar yang terus diulur pun bisa saja putus.
Sifat manusia tidak seperti malaikat yang patuh pada keadaan.
Manusia mungkin percaya takdir,
tapi sulit melupakan kesalahan seseorang.
Di otakku setan dan malaikat bermukim.
Di dadaku dunia dan akhirat seakan tidak lazim.
Bagiku, hidup adalah cara berbahagia paling sakit,
Sementara akhirat adalah cara berbahagia paling rumit.
Tidak perlu mengoreksi hidup orang lain terlalu jauh.
Urusi saja dosa masing-masing yang tak ada habisnya setiap hari.
Kita sama-sama manusia.
Jangan ambil tugas malaikat untuk mencatat amal baik dan buruk orang lain.
No comments