Saking rusaknya mental seseorang?
dinasihati saja, mereka serasa dihakimi.
Diberi masukan serasa dihujat.
Kamu yakin seumur hidup akan membawa sifat buruk itu?
Lama-kelamaan kau akan menjadi iblis
jika terus-menerus bersikap seolah-olah kau adalah Tuhan.
Di dunia ini kita semua manusia,
bersikaplah sebagai manusia.
Bukan tugasmu menghakimi mereka.
Gila Hormat
Manusia yang gila hormat selalu merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain.
Haus pujian, senantiasa benar, butuh permintaan maaf
karena baginya orang lain salah.
Dia tak sadar kalau orang lain menganggapnya aneh.
Jangan pernah mencari benar dalam sebuah masalah, tapi carilah salahnya.
Mulut manusia terkadang terlalu sempurna saat mengoreksi,
tapi terlalu bodoh untuk introspeksi.
Setan tak cuma menghasut kita untuk berbuat salah,
tapi juga menghasut kita agar merasa paling benar.
Orang egois itu sangat menyebalkan.
Karena di kepalanya hanya ada;
saya, saya, dan saya.
Dia tidak lagi mau memikirkan benar-salah, pantas-tidak,
yang penting sesuai versi saya sendiri.
Kita iri sama orang, lalu kita pleset-plesetkan dia.
Kita ajak orang lain membencinya, kita buat dia seakan jahat betul.
Hidupmu, sepayah apa?
Ada 3 orang yang tidak perlu dilayani berdebat
karena mereka selalu menganggap dirinya paling benar.
Ketiganya adalah:
orang gila, orang bodoh, dan orang kaya.
Kamu bukan pusat alam semesta.
Jadi tolong jangan memaksa orang lain harusnya begini dan begitu kepadamu.
Minta sedikit dihargai boleh,
tapi gila hormat jangan.
Jadilah manusia yang mampu mewawas diri.
Bukan hanya ingin selalu dihargai dan dilayani,
tapi juga mau melakukan hal serupa kepada orang lain.
Tuhan tidak perlu dibela karena Ia Maha Segalanya.
Kelakuan manusia saja
yang kerap mencari pembelaan dengan mengatasnamakan Tuhan.
Tidak ada kebenaran mutlak,
semua kebenaran adalah separuh kebenaran.
Mereka yang mencoba memperlakukannya sebagai kebenaran mutlak
itulah yang berperan sebagai setan.
Di dunia ini banyak orang merasa
paling berjasa, paling berdedikasi, dan mahir mengatur orang lain.
Orang itu tak sadar kalau dirinya lebih bejat
daripada orang lain yang sedang diatur.
Hidup itu selalu tentang baik dan buruk.
Orang-orang yang merasa baik kerap menganggap orang lain buruk.
Menjadi baik itu gampang,
tapi menjadi buruk lebih menantang.
Kalau di kiri, jangan terlalu ke kiri agar tidak selalu membiarkan ketidakbenaran.
Kalau di kanan, jangan terlalu ke kanan agar tidak merasa paling benar sendiri.
Salah satu tanda kesombongan rohani adalah
cepat menghakimi orang dan merasa diri paling benar.
Nggak usah membenarkan diri sendiri ke sana kemari agar kau dikagumi.
Jika perkataan dan perbuatanmu benar-benar dari hati,
maka diammu pun akan disegani dan dihormati.
Katanya sih
kalau ada orang yang hobinya nyari-nyari kesalahan orang lain,
tapi giliran dirinya dikritik, langsung nggak terima, tersinggung, marah,
itu artinya proses evolusi dia dari monyet ke manusia
belum selesai dan tidak sempurna.
Memang lebih mudah melihat kusutnya pakaian orang lain
daripada melihat sobeknya pakaian sendiri.
Tahanlah lidahmu jika ingin menceritakan kekurangan dan aib orang lain.
Sebab dirimu juga punya kekurangan dan orang lain pun punya lidah.
Nasihat itu ibarat air hujan.
Tergantung siapa yang menerimanya.
Kalau air hujan diterima kerang, dia akan jadi mutiara yang indah.
Namun, kalau air hujan diterima ular, dia akan jadi bisa yang mematikan.
Mereka bicara kurang berkali-kali.
Protes sana-sini.
Benahi yang bukan urusannya.
Lupa tugas utama.
Urus urusanmu sendiri.
Bukan urusanmu.
Selama keburukan seseorang tidak merugikanmu,
maka itu bukan urusanmu.
Boleh menasihati,
tapi bukan berarti boleh menghakimi.
Ketika orang yang kau cintai sakit, kau katakan itu ujian.
Ketika orang yang kau benci sakit, kau katakan itu azab.
Ketika orang yang kau cintai kena musibah, kau bilang karena dia orang baik.
Ketika orang yang kau benci kena musibah, kau bilang karena dia orang zalim.
Berhati-hatilah.
Jangan kau atur ketentuan Tuhan berdasarkan hawa nafsumu.
Tuhan sangat mencintai pelaku maksiat yang tobat
dibandingkan orang saleh yang tidak pernah merasa salah.
Barangkali surga dipenuhi pendosa yang bertobat.
Boleh jadi sebaliknya untuk neraka.
Jangan sembarang menghakimi dengan merasa “paling”.
Bukankah proses ada di antara garis awal dan garis akhir?
No comments