Tak apa,
jika sesekali teringat ia yang pernah ada dalam hidup kita.
Toh kita adalah sosok yang membawa segala beban rasa dan kenangan
setiap waktunya.
Hidup ini bukan tentang apa yang orang lain ucapkan,
hidup ini adalah kamu,
kamu yang jadi pemeran utama dalam hidupmu.
Kehidupan ini seimbang, Tuan.
Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja,
dia orang gila.
Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja,
dia sakit.
Hidup adalah
10% apa yang terjadi padamu
dan 90% bagaimana kamu menanggapinya.
Banyak orang yang telah meninggal,
tapi nama baik mereka tetap kekal.
Dan banyak orang yang masih hidup,
tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna.
Karena kau harus tahu,
air mata dari seseorang yang tulus hatinya,
justru adalah bukti betapa kuat dan kokoh hidupnya.
Kita yang menjalani hidup dengan mengalir seperti air mungkin lupa
bahwa air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup.
Kalau kerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.
Hidup adalah
seni menggambar tanpa penghapus.
Semua orang ingin hidup bahagia.
Kadang-kadang kita sendiri
yang mempersulit keadaan untuk jadi bahagia.
Lebih baik menjalani hidup singkat
namun penuh dengan hal yang kau suka,
daripada menjalani hidup lama
namun dengan cara yang menyedihkan.
Hidup itu sudah susah dan kadang banyak masalah.
Untuk itulah, terkadang hidup hanya perlu ditertawakan saja.
Kalau hidup cuma untuk buat orang lain senang terus,
rasanya kayak lagi ngejar sesuatu yang gak ada ujungnya.
Ternyata benar ya,
hidup kebanyakan mikir malah bikin stres.
Emang lebih baiknya dijalani aja.
Jalani sesuai porsi masing-masing,
Nggak perlu memaksakan sesuatu di luar kapasitas kemampuan kita.
Karena hidup jauh lebih tenang
ketika kita lebih banyak bertindak daripada berpikir.
Kalau kita hilang pun dunia akan tetap berjalan,
semua orang tetap akan sibuk dengan kehidupannya.
Jadi jangan mau rugi lebih banyak, hidup saja.
Jangan pernah sekalipun bercerita berlebihan tentang dirimu,
meskipun kepada teman dekatmu.
Ekspektasi dan realita sering berbeda.
Kamu tidak pernah tahu kapan mereka jadi musuhmu,
kapan musuhmu jadi temanmu.
Hidup itu silih berganti.
Jangan terlalu percaya kepada orang lain.
Simpan sendiri itu jauh lebih aman.
Gimana pun hidup kita,
enggak akan bisa kita nyenengin semua orang.
Saat di bawah, akan diremehkan.
Saat nggak di bawah nggak di atas, akan diabaikan
karena di tengah-tengah nggak mencuri perhatian.
Saat di atas, akan dibenci karena jadi sasaran empuk rasa iri.
Kurangi usaha buat nyenengin semua orang.
Datanglah ke sebuah toko,
lalu ambil satu atau beberapa barang di toko itu.
Lalu pamit sama yang punya toko tanpa bayar.
Pas dia minta bayarannya, coba aja jawab,
“uang bukan segalanya”.
Kamu akan ngerti kalau kalimat itu enggak berlaku di semua sisi hidup.
Buatlah hidup ini senang.
Jika orang lain menjauhi kita, kita jauhkan diri juga.
Jika orang lain tidak suka dengan kita,
tidak perlu menunjukkan muka di depannya.
Pergilah ke tempat di mana keberadaan kita dihargai,
kita berhak memilih jalan kita sendiri.
Kisah hidup kita seperti buku, punya banyak bab.
Dan, punya satu dua bab buruk di dalam buku
bukan berarti itu adalah sebuah kisah buruk yang akan berakhir buruk.
Hidup itu selalu tentang baik dan buruk.
Orang-orang yang merasa baik kerap menganggap orang lain buruk.
Menjadi baik itu gampang,
tapi menjadi buruk lebih menantang.
Jika ular beracun kau tebas, kau pahlawan.
Jika kupu-kupu cantik kau injak, kau jahat.
Kita hidup di zaman di mana menilai yang tampak
jauh lebih penting daripada melihat niat.
Tak perlu iri dengan kehidupan orang lain.
Sebab kita tidak pernah tahu apa yang telah diambil darinya.
Waktu adalah hadiah terbaik.
Saat seseorang memberikan waktunya,
dia memberikan bagian dari hidupnya yang tak bisa diambil kembali.
Semakin dewasa, semakin aku mengerti,
bahwa tidak apa-apa
menjalani kehidupan yang orang lain tidak mengerti.
Aku bukan seorang pembenci.
Hanya saja, andai dirimu terbakar api,
dan padaku ada seember air,
aku akan pakai buat yang lebih berguna untuk kehidupan,
nyiram tanaman di teras, misalnya.
Tidak selalu hidup berjalan baik-baik saja.
Masalah itu ada, hanya tak tampak saja.
Yang kau kira cukup, padahal sedang dilanda pasang surut.
Yang kau kira tenang, padahal badai sedang menimpa.
Tugasmu bukan mleihat apa yang terjadi,
tapi memaknai tanpa harus mengurusi.
Hidup telah menempuh jalan panjang;
melupakan dan terlupakan.
Hanyalah cara semesta mengatur kenang demi kenang.
Tidak seorang pun ingin dipenjara.
Namun, sebagian besar dari kita hidup dalam penjara pikiran.
Hanya segelintir orang yang menyadari serta mengupayakan jalan keluarnya.
Kamu tahu kenapa kamu harus menguatkan diri sendiri?
Bahkan saat kamu di titik terendah hidupmu
bisa saja tak ada yang menguatkanmu selain dirimu sendiri.
No comments