Payung hanya bisa digunakan untuk satu atau dua orang.
Kalau ada yang ketiga.
Berarti salah satu harus ada yang rela kehujanan.
Tapi ini bukan tentang payung.
Sebuah payung tidak akan digenggam lagi
ketika seseorang melihat pelangi.
Sebab doa adalah payung
bagi rindu-rindu yang hujan.
Kalau pelangi sudah datang
jangan melupakan payung yang menemanimu saat hujan.
Aku layaknya payung
yang melindungimu dari derasnya hujan
dan menaungimu dari sendunya awan.
Namun setelah pelangimu datang, aku bukan lagi pilihanmu.
Payung memang tidak dapat menghentikan hujan,
tapi dapat membuat kita tetap berjalan menembus hujan
untuk mencapai tujuan.
Berubahlah selagi kamu dalam kondisi terbaikmu,
sebelum muncul hal-hal buruk.
Akan terlalu lambat membetulkan atap saat musim hujan telanjur datang.
Pinjamlah payung selagi matahari masih bersinar.
Hujan tak pernah paham,
sesedih apa payung di musim kemarau.
Ternyata melepas payung tidak seburuk itu.
Nikmati saja hujan dan badainya,
nanti juga akan reda sendiri.
Sederas apa pun cintamu menghujani dia,
percuma saja kalau dia pakai payung.
Carilah sahabat yang mampu menempuh hujan bersama kita.
Bukan yang hanya menumpang payung pada kita.
Tatkala hujan hilang, dia pun hilang.
Melindungi saat panas dan hujan deras,
Ending-nya cuma ditinggal di teras.
Tak sakit hati, payung tetap setia.
Ketika melihat payungku terbang jauh terbawa angin,
anehnya hatiku merasa tenang.
Mungkin seharusnya aku lepaskan sejak dulu.
Aku bukanlah matahari yang membuatmu tersenyum setiap hari.
Bukanlah pelangi yang menghiburmu setelah hujan dan patah hati.
Aku hanyalah sebuah payung yang akan selalu ada untukmu saat kau perlu.
Kesabaran itu ibarat payung,
meski tidak bisa membuat hujan berhenti,
setidaknya bisa membuatmu terus melangkah.
Bukan hujannya yang terlalu deras,
melainkan payungnya yang kurang kuat.
Bukan cobaannya yang terlalu besar,
melainkan kita yang belum kuat.
Layaknya payung—
aku melindungimu dari derasnya hujan.
memelukmu dari hembusan angin,
dan menaungimu dari sendunya awan.
Hingga pelangimu datang, dan aku bukan lagi pilihan.
Aku ingin jadi payung yang selesai kau kenakan saat hujan
agar kau mampu belajar bagaimana melipat kesedihan.
Akal itu umpama payung,
ia tidak berguna jika tidak dibuka.
Aku menyerah jadi payung
untuk orang yang lebih memilih berteduh.
No comments