Sesayang-sayangnya sama manusia, jangan dijadiin rumah.
Manusia itu dinamis, rumah itu harus statis.
Kalau manusia dijadiin rumah, terus nanti pas lagi lelah atau kangen atau butuh pulang
eh rumahnya berubah atau pindah,
jangan kaget.
Masa lalu tidak pernah hilang.
Ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang,
untuk itu ia menitipkan surat,
kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga.
Kita menyebutnya kenangan.
Masihkah ada ruang?
Aku ingin pulang.
Jika tidak, biarkan aku menghilang.
Kau boleh lari dari kenyataan, asalkan tahu jalan pulang.
Pergi dengan kekanakan, pulang dengan pendewasaan.
Beberapa pergi tak mengenal pulang.
Beberapa salah tak mengenal maaf.
Beberapa belum tak mengenal sudah.
Beberapa lara tak mengenal rela.
Jika tempat terindah untuk pulang adalah rumah,
maka sejatinya rumahku belum sepenuhnya terbangun.
Barangkali tidak ada yang benar-benar mengerti
bahwa arti rumah sejatinya bukan sekadar tempat untuk pulang,
melainkan siapa saja yang peduli.
Pulang,
entah karena menyerah,
entah dengan dia tak lagi searah.
Pergilah bersama dia.
Jika suatu hari kau tersesat,
ingatlah,
aku jalan pulang yang kau lupakan.
Cukup kenangan saja yang ditinggalkan,
selebihnya bawa kembali pulang.
Rumah adalah tempat kau titipkan hatimu
agar kau ada alasan untuk pulang.
Dulu, rumah menjadi tempat pulang dan istirahatmu.
Tempat itu menjadi sumber perlindungan, kenyamanan, dan rasa bahagia.
Kini rumah itu sudah retak, bahkan luluh lantak.
Tempat itu menjadi sumber kekecewaan, kemarahan, dan air mata.
Kamu jadi gelandangan di sana.
Yang tidur jangan lupa bangun,
yang melangit jangan lupa membumi,
yang tersungkur jangan lupa berdiri,
dan yang pergi jangan lupa pulang.
Kamu akan selalu punya tempat untuk pulang,
punya rindu yang harus dituntaskan,
dan punya agenda untuk menghabiskan liburan.
Apa artinya pergi, jika engkau tak menjadi tempatku pulang?
Teruntuk yang hanyut dalam kesibukan dengan segala keterbatasan waktu,
Sempatkanlah berkabar dan pulang,
kematian datang pada agenda tanpa penanda.
Ada yang pergi untuk pulang,
ada yang pulang untuk pergi.
Ada juga yang pulang dan pergi lantas tak kembali.
Tempat pulang yang kamu sebut rumah,
bisa berupa ruang, bisa berupa seseorang.
Jika itu ruang, tempatmu berlindung dari riuhnya dunia.
Jika itu seseorang, tempatmu percaya bahwa dengannya hidupmu akan baik-baik saja.
Di sudut senummu aku pernah menemukan pulang;
tempat yang hari ini aku sengaja makamkan bersama genangan luka.
Masihkah ada ruang?
Aku ingin pulang.
Jika tidak, biarkan aku menghilang.
No comments