Yang mau mendengar, belum tentu mampu memahami.
Itulah mengapa, beberapa hal lebih baik disimpan untuk diri sendiri.
Ada perbedaan antara mendengarkan dan menunggu giliran untuk berbicara.
Setiap orang hidup dalam nasibnya sendiri-sendiri.
Lalu mengapakah kita harus mendengarkan
orang yang tidak suka melihat kita sukses?
Kita tidak perlu menjelaskan hal-hal
kepada orang yang tidak mau mendengarkan penjelasan.
Jangan menghabiskan waktu.
Suara-suara dari luar
membuat kita tuli
untuk mendengar suara-suara dari dalam.
Orang yang hanya mendengarkan suaranya sendiri,
apa bedanya dengan orang tuli?
Terkadang,
bertemu manusia yang siap untuk mendengarkan
adalah salah satu obat terampuh saat mengalami kekacauan jiwa.
Jangan buang waktumu untuk menjelaskan.
Orang hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar.
Terkadang,
seseorang jadi malas bercerita
karena manusia hanya ingin didengar tanpa mau mendengar,
hanya ingin dipedulikan bukan peduli,
dan ingin didukung tapi tidak pernah mendukung.
Kita begitu peka dengan apa yang diharapkan orang lain,
tetapi kita begitu tuli untuk mendengar suara hati sendiri.
Sesekali perhatikanlah betapa kejam kita pada diri sendiri.
Persahabatan itu harus mempunyai telinga untuk saling mendengar,
tangan untuk saling menolong,
dan hati untuk saling memahami.
Keberanian tidak hanya dibutuhkan saat berdiri dan berbicara,
namun dibutuhkan juga saat duduk dan mendengarkan.
Sebenarnya, seseorang hanya butuh pendengar yang baik.
Pendengar yang ketika dia bercerita tak menyela.
Pendengar yang ketika dia selesai bercerita menyemangatinya.
Jadilah pendengar yang baik.
Telingamu tidak pernah menjerumuskanmu dalam masalah.
Belajar jadi pendengar yang baik,
agar saat mereka merasa didengarkan,
maka tidak ada tempat lain lagi untuk berbagi cerita selain kamu.
Seorang pendengar yang baik biasanya lebih bijak menyikapi masalah
dan sangat pantas untuk diperjuangkan dan dijadikan teman sejati.
Kalau ada yang curhat,
pertama kamu harus bersyukur bahwa kamu dipercaya.
Bisa memberikan solusi itu bonus.
Dengarkan dia dengan baik, itu sudah sangat membantu.
Dan jangan hakimi dia untuk masalahnya.
Sebab tidak ada tolak ukur perihal berat ringannya suatu masalah.
Kita selalu butuh pendengar yang tulus di dunia ini.
Yang mau mendengar tanpa menyela,
yang mau mendengar tanpa menyalahkan.
Kadang kita hanya butuh pendengar.
Terkadang,
orang yang terluka hatinya
tak membutuhkan kata-kata baik untuk didengar,
tapi telinga yang baik untuk mendengar.
Kalau lawan bicaramu mendengar dengan sepenuh hati,
beban pikiranmu jadi ringan.
Kalau kamu tambah ruwet, meski yang mendengarkanmu tadi seolah serius mendengar,
Berarti dia tidak benar-benar hadir untukmu.
No comments