Jangan menyalahkan dia yang ingin pergi.
Coba kamu berpikir lagi dan introspeksi diri.
Mungkin saja kesalahan ada pada dirimu,
yang menyebabkan ia memilih untuk berlalu.
Sekuat apapun kita menjaga,
seerat apapun kita memeluk,
yang pergi akan tetap pergi.
Cinta selalu punya cara untuk menentukan arahnya sendiri.
Dia akan datang tepat pada waktunya,
dan akan pergi jika memang sudah waktunya.
Pergi selagi bisa,
dunia ini terlalu luas jika kamu hanya berdiam diri saja.
Arungi, lawan, dan terjang.
Yang ingin pergi, biarkan saja pergi.
Mempertahankan yang ingin menghilang itu melelahkan,
buang-buang waktu serta energi.
Toh, bukannya kamu tahu sendiri
kalau yang benar-benar serius tidak akan pernah terpikirkan untuk angkat kaki,
walau hanya satu centi.
Jangan pergi agar dicari.
Jangan sengaja lari agar dikejar.
Berjuang tak sebercanda itu.
Aku pergi bukan karena perasaanku juga pergi,
tapi
masing-masing dari kita memang harus berhenti untuk saling menyakiti.
Biarkan aku pergi darimu untuk sementara
dan saat aku kembali nanti,
aku ingin saat melihatmu rasanya sudah biasa saja.
Jangan pergi tanpa pamit.
Itu akan membuat setiap kenangan indah menjadi luka.
Cinta bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama,
bukan yang datang pertama atau paling perhatian,
tetapi tentang siapa yang datang dan tidak pergi.
Apabila kamu mulai merindukanku lagi,
ingatlah aku tidak meninggalkanmu.
Kamulah yang membiarkan aku pergi.
Kau sama seperti mereka.
Datang membawa harapan lalu pergi meninggalkan luka.
Warna semuanya hilang.
Tak ada lagi yang tersisa.
Hanya hitam pekat yang kudapat.
Tolong kembalikan warnaku
yang telah kau bawa saat kau pergi.
Tak apa.
Aku sudah biasa.
Pergi saja.
Seperti semua orang yang dulu pernah berjanji untuk akan selalu ada.
Aku sudah biasa.
Yang pergi akan tetap pergi.
Yang hilang akan tetap hilang.
Yang datang dan pergi,
mengajarkan kita seberapa tabah dapat mengikhlaskan diri.
Jangan kembali setelah pergi.
Dan jangan pergi untuk kembali.
Kamu mungkin tidak paham.
Ketika pergi melepasku,
yang kau patahkan bukan cuma hati, tapi juga cita-cita.
Yang datang aku sambut.
Yang pergi aku persilakan.
Hidupku adalah rumah, aku adalah pemiliknya.
Sisanya adalah tamu yang tak bisa aku paksa tinggal.
Begitulah manusia.
Mereka punya terlalu banyak hal yang ingin dikatakan
pada seseorang yang telah melangkah pergi.
Kita tak akan pernah tahu kapan seseorang akan pergi,
yang kita harus tahu, kita harus terus mempersiapkan diri.
No comments