Suatu hari saya makan seafood lesehan di restoran deket rumah. Tepat di samping meja saya, ada keluarga kecil yang lagi makan seafood juga. Keluarga itu terdiri dari Ibu Bapak dan dua orang anak laki-laki yang usianya antara 8 hingga 12 tahun. Saat semua makanan pesanan keluarga itu sudah siap di meja, saya denger anak laki-laki yang lebih kecil bilang begini,
“Yah, aku pengen makan ayam goreng juga deh.”
Mendengar perkataan sang anak, bapaknya lantas berkata, “Ya udah, pesen aja ayam gorengnya.”
Eh, si anak berkata lagi, “Enggak ah, Yah. Nanti mahal.”
Si Bapak ketawa mendengar perkataan anaknya lalu ngomong lagi, “Enggaaak. Udah nggak apa-apa, pesen aja. Yuk, panggil masnya (buat pesen ayam).”
Di hari lainnya, saya nguli ke rumah tetangga seperti biasa. Ada Mbah Putri yang lagi duduk di depan TV. TV-nya nyala, nyetel MotoGP. Namun, si Mbah Putri malah nonton Masterchef dari HP, persis di depan TV yang lagi nyala. Kemudian saya langsung permisi masuk ke rumahnya dan menjalankan tugas nguli. Tiba-tiba si Mbah ngomong gini,
“Saya nonton TV di HP nih. Mas Danu (menantunya si Mbah) nonton balap tapi lagi keluar beli nasi goreng. Ribet nanti kalo (channel) TV-nya diganti-ganti. Hehehe.”
Ketika mendengar kalimat itu, saya tersenyum lalu ngobrol sebentar sama si Mbah sebelum pamit pulang.
Dua kejadian itu menyadarkan saya kalau perasaan “nggak enakan” emang penting dalam menjalin hubungan dengan orang-orang terdekat. Perasaan sungkan itu harus dipertahankan agar kita tetap ingat kalau orang lain juga punya hak dan perasaan. Bukan hanya kita yang ingin dimengerti, orang lain juga punya perasaan yang sama.
Kesalahan terbesar hubungan antar manusia (entah itu berteman, berpacaran, atau berkeluarga) adalah semakin ngerasa nyaman malah semakin tidak menghargai dan menggampangkan. Semua karena terbiasa nyaman, orang pun sampai lupa mengucapkan hal-hal kecil seperti “tolong, maaf, terima kasih” atau lupa bahwa orang lain juga harus dihargai. Karena merasa kewajiban orang-orang terdekat kitalah memberikan rasa nyaman itu dan memang hak kita untuk menerima itu.
Anak kecil yang saya temui di restoran itu bisa saja langsung pesan ayam goreng yang dia inginkan. Bapaknya mustahil nggak sanggup bayar tambahan sepotong ayam goreng, wong ke restorannya aja bawa mobil kok. Nah, si Mbah Putri juga bisa saja langsung ganti channel TV karena mau nonton acara favoritnya. Toh si Mbah jauh lebih tua daripada menantunya, maka menantunya dong yang harus hormat dan ngalah sama sang ibu mertua. Tapi si Mbah nggak melakukan itu dan memilih nyetel TV di HP.
Perasaan nggak enakan rupanya penting untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain, terutama kehangatan antar keluarga. Jika kita ingin dihargai dan disayangi, tunjukkan penghargaan dan kasih sayang terlebih dulu kepada orang-orang terdekat. Jangan hanya mau mencubit tetapi tak mau dicubit.
No comments