Suatu hari, saat sedang memburu mangsa, seekor serigala melihat seekor kuda sedang makan rumput. Ia melonjak kegirangan. Dalam hatinya ia berkata, “Kalau saja aku bisa menangkap dan menaklukkan kuda ini, maka aku akan dapat menikmati santapan yang lezat nanti malam.”
Tetapi, serigala itu juga mengetahui bahwa berhadapan dengan kuda yang demikian besar tidak semudah menangkap kelinci. Karena itu ia harus benar-benar memutar otak bagaimana cara menangkap si kuda.
Serigala itu lalu mendekati kuda tersebut dan berpura-pura berkata lembut dan tulus, “Kuda, saya adalah serigala yang dapat mengetahui berbagai penyakit. Saya tahu kamu setiap hari harus berjalan jauh. Kakimu mudah terluka. Izinkan saya mengobati lukanya.”
“Kaki saya tidak mengidap penyakit apa pun, jadi tidak perlu kau khawatirkan. Sebaiknya kamu cepat pergi” jawab kuda tak senang.
Serigala itu tidak rela pergi begitu saja. Ia masih hendak meneruskan siasatnya.
“Setiap hari kamu harus berjalan ke sana kemari, bagaimana kakimu tidak terluka? Izinkan saya memeriksanya!” ucap serigala sambil diam-diam berputar ke belakang, berpura-pura hendak memeriksa kaki si kuda.
Jelas saya ia hanya berpura-pura untuk memeriksa, sebab sebenarnya serigala itu sedang mencari kesempatan untuk menggigit kaki si kuda hingga tidak bisa lari lagi. Jika si kuda tahu ia akan menerkamnya, pastilah binatang itu akan segera lari dengan kecepatan yang tentu jauh melebihi dirinya.
Serigala itu tidak sabar hendak menggigit si kuda, tapi ia lupa mengamati apakah si kuda sedang waspada atau tidak. Ketika sampai di belakang kuda, serigala itu dengan gerakan cepat hendak menerkam kuda itu. Namun, belum sempat serigala itu menerjang, kuda yang telah waspada sejak awal segera mengangkat kedua kaki belakangnya, dan dengan cepat serta sekuat tenaga, menendang si serigala. Hewan licin itu pun terkapar, tulang-tulangnya retak, dan giginya banyak yang rontok. Serigala mengerang kesakitan. Ia baru sadar bahwa kekuatan tendangan kuda sungguh sangat dashyat.
“Saya hendak berbuat baik kepadamu, tapi kenapa kamu malah menyakiti saya?” ujar serigala masih hendak menutupi niat jahatnya.
“Jangan mengelabui saya! Saya selalu berusaha waspada setiap saat, apalagi menghadapi kamu yang sudah terkenal sangat licik!” seru kuda sambil berlalu.
Sumber :
Lei Wei Ye. 2014. Burung Gagak dan Pujian Sang Rubah. Yogyakarta : Gradien Mediatama.
No comments