Ya, darah memang selalu lebih kental daripada air. Jarak dan waktu bahkan tak pernah bisa mengurangi viskositasnya. Saya pernah mengenal seseorang yang karakternya terbilang sangat buruk. Anehnya, karakter buruk tersebut bisa menurun kepada anak-anaknya. Padahal, ayah dan anak itu terpisah jarak dan waktu selama puluhan tahun, tidak hidup serumah, sangat jarang berinteraksi satu sama lain. Bahkan hanya bertemu satu dua kali setahun. Betapa mengerikannya karena ternyata warisan genetik bisa menciptakan manusia-manusia baru yang sifat buruknya sama persis dengan orang tuanya.
Dari pengalaman tersebut, saya pun yakin bahwa saya juga mewarisi sifat-sifat buruk orang tua biologis saya. Banyak karakter buruk yang tidak saya sadari tetapi disadari oleh orang-orang yang mengenal saya dan orang tua biologis saya. Barangkali karakter buruk yang sama persis hingga membuat orang-orang jadi jengkel. Warisan berupa sifat-sifat tersebut memang tak bisa ditolak, sekuat apa pun saya berusaha menghindar.
Karena darah selalu lebih kental daripada air, maka saya sekarang paham bahwa pertalian darah lebih kuat daripada segalanya. Kita tak bisa mengharapkan orang lain menyayangi kita secara tulus jika kita bukan darah dagingnya. Orang tua kandung saja belum tentu mengasihi anaknya dengan tulus, apalagi orang lain yang tidak sedarah. Ada masa-masa tertentu yang membuat seseorang bisa mengatakan bahwa dia sungguh mengasihi kita. Kala itu, mungkin kita juga dapat merasakan ketulusan tersebut.
Namun, ingatlah bahwa keadaan bisa berubah. Terutama bila kita tidak sedarah dengannya. Kesalahan kecil berisiko merusak kehangatan hubungan yang telah lama terjalin. Gunung yang kokoh saja bisa berubah, apalagi hati manusia yang hanya terdiri dari segumpal daging dan darah. Induk anjing mengasihi anak-anak kandungnya sedangkan hewan lain yang tak sedarah dengannya akan diusir karena dianggap sebagai ancaman.
Kemarin, kita bisa menjadi segalanya bagi orang lain. Namun, hari ini dan seterusnya bisa saja kita menjelma jadi orang asing. Orang asing yang bahkan tak mampu untuk sekadar memulai percakapan.
Karena apa?
Karena darah selalu lebih kental daripada air.
Janji di hadapan Tuhan saja bisa diingkari. Apalagi kalau cuma janji biasa yang diucapkan saat manusia merasa senang dan aman.
Kalau saya menyebalkan, itu karena darah selalu lebih kental daripada air. Saya mewarisi karakter-karakter buruk dari para pendahulu saya.
Kalau saya ditinggalkan, itu juga karena darah selalu lebih kental daripada air. Pertalian air tak akan bisa seerat pertalian darah.
No comments