Sambat
(mengeluh) merupakan perilaku yang manusiawi. Bahkan menurut jurnal ilmiah
karya Emma Byrne yang bertajuk Swearing Is Good For You: The Amazing Science
of Bad Language, umpatan atau bahasa kotor sesekali harus diungkapkan karena
penting untuk meningkatkan kinerja otak. Sakit fisik atau beban jiwa akan
berkurang jika dikeluhkan dalam bentuk makian atau kata-kata kotor.
Tapiii…
bukan berarti kita boleh terus-menerus sambat tak mengenal waktu. Sesekali
memaki tentu tak apa. Namun, terus-terusan kesal dan tidak bisa move on menunjukkan
kalau kita terjebak dalam ruminasi. Hal-hal menyebalkan akan selalu ada. Itulah
sebabnya kita tak bisa menghadapinya dengan cara mengeluh terus-menerus.
Tujuh kerugian
ini rentan terjadi pada kita jika terlalu sering sambat akibat hal-hal buruk
yang menimpa diri kita:
Mengalami Perubahan Karakter Secara Perlahan-lahan
Orang
yang sering mengeluh nyatanya tak menyadari bahwa dirinya mengalami perubahan
karakter. Perubahan tersebut terjadi perlahan-lahan, dari yang tadinya sangat
peduli dan penuh belas kasih menjadi pribadi yang cuek, mudah marah, dan
menyebalkan. Fokusnya hanya untuk diri sendiri, tak peduli dengan keadaan
orang-orang terdekatnya. Padahal, bukan cuma kita yang butuh perhatian dan
boleh berkeluh kesah, orang lain juga ingin didengarkan dan diberi perhatian.
Mengarahkan Fokus kepada Orang-Orang yang Menyakiti
Sambat
terus-menerus menunjukkan kalau kita masih mengarahkan fokus kepada orang-orang
yang menyakiti kita. Rasanya tak habis pikir kenapa kita dijahati, karena
rasa-rasanya kita tak pernah jahat kepada orang-orang tersebut. Memikirkan
orang yang menyakiti kita tak akan ada habisnya. Selalu ada saja cara yang
dilakukan untuk menyakiti kita. Jadi, mengapa kita tidak mengalihkan perhatian
kepada orang-orang terdekat yang kita sayangi?
Sulit Mendapatkan Kejujuran dari Orang Lain
Tak
dapat dipungkiri bahwa mayoritas orang merasa enggan menghadapi orang yang suka
mengeluh. Sambat tak akan pernah menyelesaikan masalah, malah hanya membuat
orang-orang terdekat merasa jengah. Lebih parahnya lagi, orang-orang terdekat
juga cenderung enggan mengungkapkan kejujuran, takut mendapatkan respon negatif
yang mengejutkan. Daripada jujur kepada orang yang suka sambat, memang lebih
baik menyimpan cerita untuk diri sendiri. Entahlah mengapa banyak orang cenderung
memilih dibohongi dan memberikan reaksi buruk jika mendengar kejujuran.
Mengalami Ketertinggalan dalam Segala Hal
Mengeluhkan
tindakan tercela orang lain kepada diri kita juga dapat membuat kita tertinggal
dalam segala hal. Kita tertinggal dalam mempelajari teknologi dan sulit
memahami persepsi baru secara objektif. Karena apa?
Tentu saja
karena pikiran kita terlalu fokus pada penyebab sambat. Orang lain sudah sampai
ke bulan, tapi kita masih di sini saja. Masih terus berkutat dengan kejahatan
orang lain yang menimpa kita di masa lalu.
Mencari Kambing Hitam Jika Sesuatu Tidak Sesuai Ekspektasi
Kita
tak pernah bisa mengatur kondisi agar benar-benar sesuai dengan kehendak kita. Kalau
ekspektasi kita berlebihan, maka sambat akan timbul saat rencana tersebut tidak
berjalan mulus. Akibatnya, kita juga terpicu mencari kambing hitam, menyalahkan
orang lain tentang kemalangan yang menimpa kita. Bukankah pada akhirnya kita
tidak dapat melihat ujung dari sebuah perjalanan hidup? Lantas mengapa mencari
kambing hitam sebagai bentuk pelampiasan?
Tidak Mensyukuri Hal-Hal yang Sudah Dimiliki
Dalam
hidup ini, jauh lebih banyak hal yang patut kita syukuri daripada kita
keluhkan. Bersyukurlah karena masih bisa makan dengan layak, punya rumah, dan
punya orang-orang terdekat yang mengasihi kita dengan tulus. Kenapa masih
mengeluhkan hal-hal remeh yang menyakiti kalau pada kenyataannya anugerah untuk
kita jauh lebih banyak dibandingkan masalah yang ada?
Kehilangan Hal-Hal Berharga dalam Hidup
Tak
banyak yang menyadari bahwa terlalu sering sambat menyebabkan kita kehilangan
hal-hal berharga dalam hidup. Hal-hal sederhana yang dulu bisa membuat kita
tertawa kini hanya tinggal kenangan. Kebahagiaan yang kita punya menguap begitu
saja karena rasa benci yang terlalu besar kepada orang-orang yang menyakiti
kita. Tidak ada yang tahu apakah segala kehilangan tersebut bisa kembali lagi
di masa depan.
Semoga
kita semua dijauhkan dari perilaku sambat yang sangat merugikan. Mengikhlaskan sesuatu
bukan hanya di bibir saja, melainkan harus dengan segenap hati supaya kita bisa
lekas memulai hal-hal baru yang lebih baik.
No comments