Aku tahu semua hal di dunia ini pasti berubah, cepat atau
lambat, suka atau tidak suka.
Namun,
perubahan yang satu ini benar-benar membuatku tidak rela.
Sampai
kapan pun aku tidak rela.
Mengapa
kebaikan pada akhirnya harus kalah dari kejahatan?
Oh, sekarang
aku baru ingat. Sebenarnya sinetron-sinetron juga sering menunjukkan kalau yang
baik akan kalah dari yang jahat.
Meskipun
aku setengah mati tak rela, kini aku harus menyaksikannya.
Dahulu,
kebahagiaan selalu jadi milik kita, apa pun situasinya.
Tertawa
bersama bukanlah hal yang sulit dilakukan,
tetapi
sekarang semua berubah secepat kedipan mata.
Curahan
kasih sayang itu sudah habis, berganti dengan saling diam atau bahkan saling
tuding.
Bahagia
yang kita punya sudah habis tak bersisa.
Rasanya
ingin sekali aku tidak peduli supaya terlepas dari kesedihan.
Namun
nyatanya aku tidak bisa.
Aku
hanya mencoba bertahan dengan sisa-sisa tenagaku, menyapa atau menjawab sapaan
sebisanya.
Menyembunyikan
ekspresi agar seakan semuanya berjalan baik-baik saja.
Biarpun
dunia melihatku bahagia, sebenarnya tidak demikian adanya.
Aku sungguh
tak rela bila kiriman tak baik itu meluluhlantakkan segala kebaikan dan
kebahagiaan yang ada di hadapanku.
Dahulu,
aku merasa hebat karena punya daya istimewa.
Sayangnya,
sekarang aku tak punya daya apa-apa.
Seakan
semua kemampuanku direbut dalam semalam saja.
Sekarang,
cuma diam yang aku punya.
Perasaan
yang meronta-ronta ini bahkan tidak dapat aku tunjukkan.
Tiada yang
lebih membahagiakan daripada melihat senyum-senyum itu seperti dulu.
Kalaupun
sudah tak ada kesempatan untuk melihatnya lagi,
semoga
hati ini ikhlas menerima.
Meskipun
hingga saat ini bayang-bayangnya masih menguras air mata.
No comments