Saat saya
membaca kalimat “Terima kasih untuk 27 tahun yang penuh kehangatan. Kami mohon
pamit.” pada trailer film Akhir Kisah Cinta Si Doel, saya merasa cukup
sedih. Baru saya sadari kalau kisah si Doel menemani saya seumur hidup, sampai setua
ini, dari kecil hingga bangkotan. Memang terdengar lebai sih kalau sampai
sentimental karena sebuah drama. Namun, saya yakin kalau banyak penonton yang
mempunyai perasaan serupa dengan saya.
Nah,
makanya saya jadi tak sabar ingin segera membuat review film Akhir Kisah
Cinta Si Doel, langsung sepulang dari bioskop. Tanpa ditunda-tunda lagi, supaya
masih segar di ingatan. Tentu saja ulasan ini murni berdasarkan sudut pandang
saya yang sudah mengikuti si Doel dari sinetron season satu sampai
filmnya selesai.
Angle Kamera yang Masih Ciamik
Sama
seperti dua filmnya terdahulu, Akhir Kisah Cinta Si Doel digarap dengan angle
kamera yang sempurna. Momen-momen dramatis direkam dengan beberapa angle
berbeda. Salah satu adegan yang paling saya suka yaitu ketika Dul kecil
datang untuk menginap di rumah Doel. Kamera diposisikan pada bagian dalam oplet
agar fokus mengambil gambar Dul kecil yang turun dari mobil. Meskipun film ini
cukup sempurna dari segi angle, tetap saja bagian jalan cerita jadi
fokus utama yang menuntut penyelesaian terbaik (terutama menurut sudut pandang
penonton).