Saat
kita mati,
yang
bisa kita bawa hanyalah yang ada di dalam hati, jiwa kita.
Sedangkan
yang terikat dengan fisik, dunia, semua ditinggalkan.
Jadi,
mulailah mengisi hati dan jiwa kita dengan hal-hal bergizi.
Bukan
malah asyik pamer fisik dan dunia,
yang
jelas-jelas tidak akan pernah dibawa.
Daun
yang jatuh tak pernah membenci angin.
Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak
melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Cara
terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi.
Berdiri
gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu.
Buat
apa dilawan? Dilupakan?
Itu
sudah menjadi bagian hidup kita.
Peluk
semua kisah itu.
Berikan
dia tempat terbaik dalam hidupmu.
Itulah
cara terbaik mengatasinya.
Waktu
yang akan menjelaskan dengan baik ketulusan seseorang.
Niat
baik dan tujuan-tujuannya.
Jika
sejatinya memang baik,
maka seiring
waktu berjalan akan terlihat semakin terang.
Sebaliknya,
jika hanya topeng,
maka
seiring berjalannya waktu pasti akan terbuka juga.
Jangan
terlalu sedih kehilangan orang lain.
Ingatlah
nasihat lama ini:
ketika
seseorang hadir dalam hidup kita, bukan berarti dia akan selalu bersama kita.
Boleh
jadi maksud terbesarnya adalah
agar
kita belajar dari hal menyakitkan setelah dia pergi.
Menjadikan
kita lebih kokoh, tidak cengeng.
Punya
jutaan teman itu bukan hal hebat.
Tapi
punya satu teman yang tetap berada di samping kita menghadapi jutaan orang,
itu
baru hebat.
Terima
kasih.
Nasihat
lama itu benar sekali.
Aku
tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir,
tapi
aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.
Mulailah
menerima dengan lapang hati apa pun yang terjadi.
Karena
kita mau menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi.
Takdir
tidak pernah bertanya apa perasaan kita,
apakah
kita bahagia, apakah kita tidak suka.
Takdir
bahkan basa-basi menyapa pun tidak. Tidak peduli.
Akan
datang orang yang tepat,
di
waktu yang tepat, dan cara yang tepat.
Percayalah.
Tinggal
pastikan, kita terus memperbaiki diri sendiri,
agar
tepat siap saat momen itu tiba.
Terkadang,
kita terlihat kuat, bukan karena kita kuat sungguhan,
tapi
kita tidak punya pilihan lain, hanya itu yang tersisa.
Maka,
tidak mengapa.
Besok-besok,
semoga kita jadi kuat betulan, dan itu menginspirasi orang lain.
Tidak
ada yang bisa menyakiti kita.
Sepanjang
kita tidak mengizinkannya.
Mau
jungkir balik orang-orang melakukannya,
tapi
kita merasa baik-baik saja, santai,
maka
kita akan baik-baik saja.
Tidak
semua perlu kita umumkan di dunia maya.
Beberapa
cukup disimpan dalam hati.
Jangan
iri dengan kisah cinta yang ada dalam novel, film, lagu, dan sebagainya.
Itu
semua ditulis oleh manusia, direka-reka, karangan saja.
Sedangkan
kisah cinta kita, sungguh akan ditulis oleh yang maha memiliki skenario
terbaik.
Tidak
akan tertukar. Tidak akan keliru.
Kitalah
pemeran utamanya, jadi mari menjadi pemeran cerita paling keren,
agar
keren sudahlah skenario yang kita jalani.
Bagaimana
kita tahu seseorang itu sungguh menyayangi kita?
Bukan
dengan mendengar apa yang dia ucapkan,
apalagi
yang dituliskan.
Melainkan
dari apa yang dia lakukan untuk kita.
Dan
itu teruji dalam jangka panjang, bertahun-tahun,
tiada
bosan, tidak berkurang.
Karena
kau harus tahu,
air
mata dari seseorang yang tulus hatinya,
justru
adalah bukti betapa kuat dan kokoh hidupnya.
Tidak
ada yang keliru dengan tangisan.
Tidak
semua yang kita inginkan harus terjadi seketika.
Kita
tidak hidup di dunia dongeng.
Orang
yang memendam perasaan sering kali terjebak oleh hatinya sendiri.
Sibuk merangkai
semua kejadian di sekitarnya
untuk
membenarkan hatinya berharap.
Sibuk
menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi.
Sehingga
suatu ketika dia tidak tahu lagi
mana
simpul yang nyata, mana simpul yang dusta.
Bukan
melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima.
Barangsiapa
yang bisa menerima, dia akan bisa melupakan, hidup bahagia.
Tapi
jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.
Cinta
itu macam musik yang indah.
Bedanya,
cinta sejati akan membuatmu tetap menari
meskipun
musiknya telah lama berhenti.
Hanya
karena seseorang itu sabar tingkat langit,
maka
bukan berarti dia lantas bisa disakiti, diinjak begitu saja.
Hanya
karena seseorang kuat, stroooong,
maka
bukan berarti dia jadi layak dikecewakan, dikhianati, dan diperlakukan tidak
adil.
Seburuk-buruknya
manusia adalah dia yang bermuka dua.
Ngomong
ke sana A, ngomong ke sini B.
Bilang
ke kiri X, bilang ke kanan Z.
Apa
yang dia ucapkan, apa yang dia lakukan,
hanya
cocok untuk kepentingan dia saja.
Di
dunia ini, saat kita menganggap sesuatu (seseorang) itu tidak berharga,
kita
campakkan begitu saja, maka bisa jadi kemungkinannya,
orang
lain justru menganggap sesuatu (seseorang) itu sangat menawan dan spesial.
Maka,
berhati-hatilah dengan apa yang kita campakkan.
Boleh
jadi kita sedang melakukan kesalahan paling konyol.
Membuang
permata terbaik di depan mata sendiri,
untuk
mencari batu koral tak berharga kebanyakan.
Begitulah
kehidupan, ada yang kita tahu, ada pula yang kita tidak tahu.
Yakinlah,
dengan ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita.
Mungkin
saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.
Persahabatan
juga cinta.
Bedanya,
kita tidak perlu dandan lama, milih-milih baju lama,
bercermin
lama, setiap kali mau bertemu dengan sahabat baik.
Pun
kita tidak merajuk, dikit-dikit ngambek atas hal-hal kecil dengan sahabat baik.
Tidak
semua yang kita miliki itu harus diumumkan.
Tidak
semua yang kita lakukan itu harus diberitahukan.
Tidak
semua.
Jadilah
seperti gunung es di dalam lautan,
yang
hanya terlihat pucuk kecilnya saja,
sedangkan
di bawah, di dalam laut, tersimpan erat bagian raksasanya.
Jadilah
seperti lautan dalam. Hening mengagumkan.
Dan
dia sama sekali tidak perlu menjelaskan betapa hebat dirinya.
Tapi,
apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja?
Mungkin
ada benarnya juga buku-buku itu bilang.
Orang-orang
yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan hatinya
sendiri.
Seseorang
yang benar-benar menyayangi kita,
tidak
akan membiarkan kita menunggu,
meskipun
dia tahu kita bersedia saja menunggu.
Hidup
harus terus berlanjut
tidak
peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan,
biar
waktu yang jadi obat.
Ada
kalanya sesuatu, seseorang, atau apa pun itu,
tidak
bisa tinggal dalam hidup kita. Sekuat apa pun kita berusaha.
Mungkin
sudah saatnya kita melepaskan.
Dan
tersenyumlah, toh jika dia tidak bisa tinggal dalam hidup kita,
kita
selalu bisa membuatnya menetap abadi dalam hati dan kenangan terbaik.
Jika
seseorang itu memang sungguh-sungguh ingin tinggal,
maka
dia akan selalu punya alasan, meskipun sudah beribu alasan gagal.
Dia
akan menemukan alasan baik berikutnya.
Tapi
sebaliknya,
jika seseorang
itu memang sudah ingin pergi,
seribu
alasan baik pun tidak akan berguna lagi.
Dia
tetap akan pergi.
Bukan
kata ‘pergi’ atau ‘marah’ yang paling menyakitkan dalam hidup ini.
Melainkan
kata ‘kecewa’.
Sekali
seseorang ‘kecewa’, semua tidak akan sama lagi.
Terkadang
kesedihan memerlukan kesendirian,
meskipun
sering kali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.
Berasumsi
dengan perasaan sama saja dengan membiarkan
hati
kau diracuni harapan baik.
Padahal
boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.
Segala
sesuatu yang baik selalu datang di saat terbaiknya.
Persis
waktunya.
Tidak
datang lebih cepat, pun tidak lebih lambat.
Itulah
kenapa rasa sabar itu harus disertai keyakinan.
No comments