Generasi
milenial identik dengan anak-anak muda yang kreatif, bergaya keren, dan sangat
mengikuti perkembangan zaman. Ada beberapa ciri yang membedakan generasi
milenial dengan para pendahulu. Tentu saja ciri khas tersebut dipengaruhi oleh
perubahan zaman dan perkembangan teknologi.
Berdasarkan
rentang usia, saya memang termasuk dalam golongan generasi milenial. Tetapi ada
beberapa gaya khas generasi milenial yang tidak ada pada diri saya. Barangkali orang
lain menilai saya sebagai pribadi yang eksentrik. Saya tidak terlalu peduli
asalkan saya bahagia dengan diri sendiri. Setidaknya, tujuh ciri khas ala
generasi milenial ini tidak menjadi bagian dari gaya hidup saya:
Memakai Smartphone Flagship
Suatu
ketika saya bertemu teman-teman sepermainan saya semasa kuliah dulu. Beberapa
di antara mereka sudah menggunakan smartphone flagship yang harganya di
atas 12 juta rupiah. Keren sekali, mewah dan kece. Namun, saya tidak tertarik
dengan smartphone mahal tersebut. Secanggih apa pun suatu smartphone,
pada saatnya smartphone tersebut akan jadul juga. Selalu ada teknologi
baru yang menggantikan kecanggihan smartphone flagship keluaran lama. Sekalipun
mampu membelinya, buat apa buang-buang uang belasan juta hanya untuk satu unit smartphone
yang nantinya akan tetap ketinggalan zaman?
Mengunggah Foto Selfie di Media Sosial
Sesekali,
saya kerap berfoto selfie untuk koleksi pribadi kalau kondisi tempatnya
memungkinkan dan tidak sedang bad hair day. Foto-foto selfie itu
hanya tersimpan di smartphone. Tidak pernah saya unggah di media sosial.
Saya sama sekali tidak punya alasan untuk memamerkan foto selfie.
Faedahnya apa? Kebanggaan diri sendiri? Butuh pujian dari teman-teman di media
sosial?
Orang-orang
yang sudah mengenal saya tentu tak butuh melihat foto-foto selfie saya
di media sosial. Sedangkan orang-orang yang tidak mengenal saya juga tidak
punya kepentingan untuk menyaksikan foto-foto itu.
Wara-Wiri dengan Kendaraan Pribadi
Kendaraan
pribadi memang penting. Apalagi bila seseorang memiliki mobilitas tinggi ketika
menjalani pekerjaan. Saya adalah pekerja remote yang jarang bepergian.
Itulah sebabnya saya tidak terlalu membutuhkan kendaraan pribadi. Kalaupun saya
akan bepergian secara nyaman, saya bisa memesan ojek motor atau taksi online.
Di samping itu, saya juga kerap memanfaatkan fasilitas transportasi umum yang
harganya terjangkau dengan cakupan wilayah yang luas. Karena tidak punya
kendaraan pribadi, saya tidak perlu menyiapkan sejumlah biaya untuk maintenance
kendaraan dan kebutuhan lainnya (surat-surat kendaraan, biaya bahan bakar,
dan lainnya).
Punya Kartu Kredit
Kartu
kredit sangat dibutuhkan oleh orang yang sering bepergian keluar negeri. Karena
alat pembayaran tersebut bisa mempermudah proses transaksi antar negara. Namun,
saat ini saya tidak membutuhkannya. Memang tidak menutup kemungkinan bila nanti
saya membutuhkan kartu kredit. Namun untuk saat ini, saya lebih menyukai proses
pembayaran tunai via debit atau dompet digital. Selain tak terbebani dengan
tagihan kartu kredit, kini banyak promo potongan harga menarik yang ditawarkan
layanan dompet digital.
Seru-seruan Tiap Weekend bareng Girls Squad
Cewek-cewek
milenial kekinian biasanya punya geng atau squad dengan jadwal hangout
rutin tiap weekend. Ngopi-ngopi lucu di kafe instagramable atau
nyobain makanan kece yang lagi hits di Instagram sudah jadi agenda wajib. Bagi
sebagian orang, acara tersebut mungkin sangat penting. Ngakak-ngakak sambil selfie
dan gosip bersama sahabat sebaya. Tapi saya tidak terlalu menyukai hal
tersebut.
Saya
lebih banyak menghabiskan waktu untuk ngopi sendirian atau berkumpul bersama
orang-orang terdekat yang usianya lebih tua dari saya. Karena banyak hal-hal
bermanfaat yang bisa saya dapatkan dari kedua aktivitas tersebut. Orang-orang
yang saya sayangi memberikan banyak pelajaran dan nilai-nilai kehidupan yang
tidak saya dapatkan dari teman sebaya. Biasanya teman sebaya saya banyak
membicarakan tentang barang branded, urusan pekerjaannya, atau masalah
kartu kredit. Topik-topik itu bukan bahan pembicaraan menarik bagi saya.
Maunya Selalu Makan di Tempat Mahal
Kafe
dan restoran yang mahal punya kelasnya tersendiri untuk memuaskan para
pelanggan. Sesekali menikmati makanan mahal sih sah-sah saja. Tapi, generasi
milenial cenderung punya kebiasaan makan di tempat mahal. Apalagi bila sudah
memiliki penghasilan sendiri. Padahal, banyak kok kuliner kaki lima yang
legendaris dan tak kalah istimewa dari makanan mahal. Buat apa bela-belain
bayar makanan mahal demi gengsi?
Terutama
jika harus menggunakan kartu kredit untuk membayar makanan mahal tersebut. Makanan
yang kita makan tidak akan mempengaruhi kelas kita. Jadilah orang yang gak
malu-maluin saat diajak makan di restoran mahal dan tidak nyusahin ketika makan
di kawasan kaki lima.
Rutin Traveling ke Mana Aja Boleh
Salah
satu ciri khas generasi milenial lainnya adalah rutin traveling ke luar
kota atau luar negeri. Malah ada pula yang rela berutang demi mewujudkan
rencana traveling yang sudah dibuat sejak jauh hari. Teman-teman sebaya
saya pun begitu. Menikmati traveling sambil puas berburu ratusan foto
untuk persediaan feed Instagram.
Saya
pribadi sih suka traveling. Tapi, saya tidak memaksakan diri untuk pergi
traveling secara rutin. Alih-alih traveling dengan teman-teman
sebaya, saya lebih suka traveling bersama keluarga. Rasanya lebih happy
aja kalo bisa membahagiakan keluarga saat traveling.
Intinya,
semua orang bebas menjalankan hidupnya sesuai kehendak masing-masing. Kita tak
harus mengikuti gaya hidup orang lain demi reputasi semata. Tak masalah bila
kita harus kehilangan orang lain bila akhirnya kita dapat menemukan jati diri.
No comments