Terkesan
sangat materialistiskah judul artikel ini?
Saya
rasa tidak. Semua orang punya peluang untuk memiliki banyak uang, entah
bagaimana pun caranya. Namun, tentu saja kita mesti mendapatkannya secara
halal. Supaya uang yang kita miliki bisa menjadi berkat bagi diri sendiri
maupun orang-orang terdekat.
Jadi,
apa cita-cita Anda sewaktu kecil?
Semua
cita-cita sebenarnya bermuara ke tempat yang sama, yaitu demi mendapatkan
banyak uang. Sejatinya kita memang harus punya banyak uang karena beberapa
alasan ini:
Menunjukkan tingkat inteligensi diri sendiri.
Faktanya.
Semua orang yang memiliki banyak uang pasti punya tingkat inteligensi tinggi.
Orang yang miskin dan bekerja keras wajib memiliki inteligensi tinggi supaya
bisa menjadi orang kaya. Bekerja atau berbisnis memang harus dijalani secara
serius, konsisten, dan kreatif sehingga dapat menghasilkan banyak uang.
Orang
yang kaya dari lahir (old money) juga mesti mempunyai inteligensi
tinggi. Agar kekayaan yang diwariskan orang tuanya tidak habis begitu saja
hingga tak bersisa untuk diri sendiri atau generasi penerusnya. Old school yang
cerdas dapat melipatgandakan kekayaan orang tuanya untuk menghasilkan lebih
banyak uang.
Menghargai diri sendiri.
Beberapa
tahun lalu, tiba-tiba saya diajak ke Plaza Senayan tanpa persiapan apa-apa.
Sama sekali tidak ada rencana mengunjungi mall kelas atas tersebut.
Masih segar di ingatan saya kalau saat itu saya menggunakan kaos dan jegging
hitam, sepatu yang agak butut, dan sebuah tas slempang. Tas slempang Braun
Buffel unisex milik orang rumah yang harganya kurang lebih tujuh juta
rupiah.
Ketika
saya memasuki showroom Aigner, para pramuniaga Aigner mencermati
penampilan saya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Saya pun sempat
menghampiri beberapa produk yang dipajang di showroom tersebut. Seorang
pramuniaga wanita pun mengikuti saya. Alih-alih ingin melayani, gestur si
pramuniaga cenderung menunjukkan bahwa ia khawatir barang dagangannya rusak
atau berpindah tangan. Saya yang masih santai melihat-lihat mulai merasa risih
dan bergegas ke luar dari showroom tersebut.
Mungkin
akan lain kejadiannya kalau penampilan saya jauh lebih mahal dan berkelas. Tas
Braun Buffel yang saya gunakan waktu itu kiranya menjadi penyelamat. Supaya
saya gak kelihatan gembel-gembel amat. Saya pun teringat satu hal yang
disampaikan seseorang kepada saya.
“Hampir semua orang menilai orang lain dari penampilan. Kalau kamu mau dihargai orang lain, kamu harus berpenampilan rapi dan menarik.”
Sebenarnya
saya gak terlalu peduli dengan anggapan orang lain terhadap saya. Karena yang
terpenting adalah isi dompet dan rekening. Kalau orang yang penampilannya necis
itu ternyata penipu atau pencopet, gimana?
Membungkam mulut si busuk.
Pernah
gak dengar ada tetangga atau teman nyinyir yang berkata,
“Ih, dia kok di rumah terus ya setiap hari. Pengangguran tuh.”“Itu orang kerjaannya apa sih. Masa berangkat kerja malem-malem.”“Kayaknya dia gak punya duit, deh. Liat aja bajunya compang-camping gitu.”
Jadi,
kadang-kadang kita memang butuh uang untuk membungkam mulut si busuk. Sesekali,
cobalah ke luar rumah dengan penampilan perlente saat akan pergi. Atau,
mendadak traveling ke luar negeri tanpa memberi tahu siapa pun. Di
situlah uang kita berbicara meskipun kita tidak mengucapkan apa pun tentang
diri kita.
Uang tidak bisa membeli kebahagiaan tetapi bisa membawa kita pada kebahagiaan.
Selama
ini berapa kali Anda mendengar orang berkata bahwa uang tidak dapat membeli
kebahagiaan?
Memang
sih uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Tetapi uang bisa membawa kita pada
kebahagiaan. Bila kita memiliki banyak uang, kita dapat melakukan hobi atau
hal-hal lainnya yang kita sukai. Kita bisa membeli barang-barang yang kita
butuhkan, bisa pergi traveling, dan melakukan hal lainnya yang
membutuhkan keberadaan uang. Mana yang lebih mengenaskan?
Bersedih ketika miskin dan tidak bisa melakukan apa-apaataubersedih ketika punya banyak uang dan bisa mengupayakan sesuatu?
Memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang kita sayangi.
Tiada
yang lebih membahagiakan daripada melihat orang-orang yang kita sayangi merasa
bahagia. Buku karangan Elizabeth Dunn dan Michael Norton yang berjudul Happy
Money: The Science of Smarter Spending mengungkapkan suatu fakta yang cukup
mengejutkan. Bahwa mayoritas orang cenderung lebih bahagia mengeluarkan uang
untuk orang lain daripada untuk diri sendiri. Bahagia sekali rasanya ketika
bisa mentraktir keluarga dan sahabat, mengajak mereka traveling, atau
memberikan surprise mewah.
Ada
rasa kebanggaan tersendiri sewaktu melihat binar mata orang yang kita sayangi. Rasanya
tak pernah ada kata selesai untuk membahagiakan orang-orang yang sangat penting
bagi kita. Perhatian dan kasih sayang memang selalu menjadi kebutuhan utama.
Namun, kita juga butuh uang untuk mewujudkannya sebagai bentuk perhatian yang
nyata.
No comments