Aku
masih ingat betul. Empat tahun lalu, kau bilang kepadaku bahwa kau menyukai
secangkir americano. Kopi hitam
dengan semburat rasa pahit dan aroma kuat itu senantiasa menemani hari-harimu.
Sejak itulah secangkir americano selalu
mengingatkanku akan dirimu.
Hari-hariku
waktu itu jadi lebih berwarna karena kehadiranmu. Walaupun kita jarang
bercakap-cakap. Hanya sesekali melempar pandang satu sama lain ketika bertemu. Tak
banyak waktu untuk berbagi cerita lisan. Namun obrolan-obrolan hangat di antara
aku dan kau pernah menjadi pembuka harapan bagiku.
Satu
hal yang ingin kukatakan hari ini, bahwa sebenarnya aku tak pernah berharap
muluk-muluk darimu. Aku tahu kita berbeda. Rasanya jarak itu terlalu jauh untuk
diseberangi. Begitu berat bagiku bila harus berada di posisi yang sama
denganmu. Kau seperti dekat tetapi jauh dariku. Sesuatu yang tampaknya tak akan
pernah bisa kugapai. Bahkan ketika kau bilang bahwa aku harus menunggumu pulang
dari negeri nun jauh di sana.
Apakah
aku salah karena tak berani berjanji kepadamu?
Bagiku,
janji adalah sebuah hal besar. Sebuah utang yang nanti harus kutunaikan sebaik
mungkin. Hati yang tak pernah salah menilai pasti peka sebelum membuat sebuah
janji. Supaya janji itu tak sekadar jadi bualan tanpa makna. Nyatanya, jarak
dan waktu itu sudah membuktikan kepada kita. Janji itu tak kita butuhkan sebab
pada akhirnya kita semakin menjauh. Sibuk dengan jalan hidup masing-masing
kemudian melupakan sedikit kenangan manis yang pernah ada.
Sekarang,
aku suka americano. Segelas besar americano dengan tambahan es dan gula
cair secukupnya. Biarkan hatiku dingin bagaikan segelas americano yang kelihatan hitam pekat. Namun ketika diseruput, ada
sensasi manis yang tertinggal di pangkal lidah. Aku yang tak suka basa-basi dan
bermanis-manis ini memang cocok dengan es americano,
kan?
Kini
aku kerap duduk sendirian di sudut ruangan dengan satu unit laptop dan segelas
es americano di atas meja. Kadang
kala kubiarkan es americano itu pahit
karena aku malas beringsut mengambil gula cair. Supaya aku tetap ingat bahwa
hidup tak selalu manis. Kadang kala ada rasa pahit dari harapan yang tak sesuai
kenyataan. Tak jarang pula pahit itu berasal dari ketidakmampuan membahagiakan
orang-orang yang kusayangi.
Mereka
yang tak mengenalku dengan baik pasti berpikir demikian. Berpikir tentang aku
yang dingin, angkuh, dan misterius. Persis seperti segelas es americano yang tak terlalu banyak
disukai orang.
Sekarang,
aku suka americano. Namun bukan
berarti minuman tersebut mengingatkanku kepadamu. Es americano itu tentang diriku sendiri. Barangkali juga tentang aku
yang keras kepala dan tak jarang membuat orang-orang di sekitarku jadi
khawatir. Kini aku bukan lagi yang dulu seperti saat kamu baru mengenalkan
secangkir americano kepadaku. Pahit dan manis yang saling melengkapi itu
sekarang sudah lebih kupahami.
Kendati
tak ada yang berubah dari hari ke hari, ternyata semuanya jauh berbeda sewaktu
aku menoleh ke belakang. Hari ini aku sibuk menyayangi mereka yang selalu ada
untukku. Rasa sayangku memang tak sempurna. Namun semoga cukup membuat mereka
merasa dicintai tanpa kata kecuali.
No comments