Ada
yang aneh kalau aku jalan-jalan sendirian?
Aku
menemukan banyak hal yang tak kudapatkan ketika aku bersama dengan orang lain.
Kadang-kadang aku berjalan kaki. Menyelaraskan langkah dengan alunan musik yang
hanya terdengar di telingaku. Banyak yang terpikirkan saat sedang sendirian.
Bisa tentang diri sendiri atau tentang keajaiban demi keajaiban yang tercipta
di antara kita. Kini aku berkesempatan langsung menuliskannya sembari duduk di
salah satu sudut kedai kopi. Secangkir ice
americano yang gelasnya sudah berembun masih setia menemaniku.
Hal-hal
yang telah kita lalui selama ini sudah memberikan banyak pelajaran berharga.
Bahwa kita saling terikat, terhubung, dan bergantung satu sama lain. Barangkali
aku masih menjadi pribadi yang susah berterus terang. Paling tidak, aku tahu
betapa hangatnya perasaan saat memiliki keluarga bahagia. Seperti penggalan lagu
yang menemaniku saat menuangkan isi hati ini.
Hatiku hilang di dasar samudera cinta.
Kutemukan kembali saat kau menyinari
hidupku.
Bagiku, kaulah yang membuat dunia indah.
Mewarnai hari-hariku, menerangi malam gelapku,
sempurnalah jiwaku, bahagia bersamamu.
Apa
yang belum atau tak pernah terucap lewat bibirku, semoga kamu memahaminya.
Sedikit pun aku tak bermaksud membuatmu merasa serba salah. Kamu masih sosok
yang dulu. Sosok yang melengkapi kekurangan-kekurangan pada masa kecilku. Kamu
pasti lupa soal hal itu. Namun kenangan-kenangan indah itu akan selalu
mengiringi langkahku. Sungguh besar dosaku bila aku menempatkanmu di posisi
yang sulit.
Bila
aku acap kali tak paham, tolong jelaskan kepadaku dengan penuh kesabaran. Mohon
jangan biarkan aku berada dalam kebingungan. Mungkin kamu tak lega atau tak mendapatkan
solusi setelah mencurahkan isi hatimu. Tetapi justru cerita-cerita itu akan
membuatku sedikit lega. Setidaknya aku mengetahui keadaanmu. Berkabarlah supaya
aku tak risau. Aku pandai bersandiwara di hadapan orang lain. Karena
keresahan-keresahan tentangmu biasanya kusimpan sendiri. Namun untuk urusan
membohongi perasaanku sendiri, aku belum menguasainya.
Kamu
pernah bilang bahwa mungkin lebih baik jika kamu tidak pernah bertemu dengan
aku. Kamu bilang aku membebani langkahmu. Menghalangi keinginanmu untuk
berlari lepas. Jika memang begitu susahnya bagimu, aku cuma bisa menyampaikan
kata maaf lewat tulisan ini.
Lantas
bagaimana dengan keinginanku?
Bila
aku diperbolehkan untuk mengulangi hidupku sekali lagi, aku pasti ingin sekali
kembali bertemu denganmu. Menjalani takdir persis seperti yang sudah kita
lewati hingga detik ini. Sebab salah satu definisi bahagiaku adalah kalian,
yaitu kamu dan mereka. Warna-warni hidupku kian lengkap dengan kehadiran
kalian.
Sekian
dulu, ya. Jengah rasanya jikalau air mata bercucuran di tempat umum seperti
ini. Terima kasih sudah menemaniku dari kejauhan ketika aku mencurahkan isi
hati ini secara tertulis. Inilah pertama kalinya aku membuat satu tulisan utuh
tentang kita saat aku sendirian di tempat umum. Terima kasih telah memberikan
banyak pelajaran hidup dan membuatku tak pernah merasa kesepian. Kesempatan-kesempatan
yang kumiliki untuk membahagiakanmu atau sekadar membantumu pasti tak akan aku
sia-siakan.
Jika
hujan, aku tak akan memberimu jaket.
Sebab
jika aku sakit, lalu siapa yang akan menjagamu?
-Dilan-
No comments