Generasi Z? Siapakah itu?
Mungkin masih banyak orang
yang tidak paham dengan istilah generasi Z. Padahal istilah yang satu ini
terbilang populer di bidang psikologi umum dan character building. Penamaan tersebut tidak diberikan secara
asal-asalan lo. Teori ilmiah mengenai pembagian generasi Z serta beberapa
generasi lainnya dikenal dengan istilah Generation
Theory.
Asal Mula Terciptanya Generation Theory
Generation Theory awalnya berkembang di Amerika Serikat. Para pengamat yang mencetuskan
teori ini beranggapan bahwa orang-orang yang lahir di masa tertentu memiliki kemiripan
karakteristik satu sama lain. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing
kelompok generasi mendapatkan informasi perkembangan teknologi, tren, dan gaya
hidup yang hampir sama. Sehingga kemiripan itu dapat terwujud meski setiap
individu dibatasi oleh perbedaan tempat tinggal, latar belakang kehidupan,
pendidikan, dan budaya.
Lahirnya 4 Generasi Masa Kini
Menurut penjelasan Generation Theory, saat ini ada 4
generasi yang mendominasi sebagian besar populasi dunia. Keempat generasi
tersebut adalah :
Generasi Baby Boomer
|
:
|
Lahir pada periode 1946-1964
|
Generasi X
|
:
|
Lahir pada periode 1965-1980
|
Generasi Y
|
:
|
Lahir pada periode 1981-2000
|
Generasi Z
|
:
|
Lahir di
atas tahun 2000
|
Anak-anak
yang di tahun 2016 ini menempuh pendidikan di tingkat SD, SMP, dan SMU termasuk
dalam kelompok generasi Z. Berbeda dengan generasi-generasi pendahulunya, tentu
saja generasi Z memiliki kemampuan yang lebih baik di bidang teknologi. Mereka
yang termasuk dalam generasi ini lahir di era serba canggih. Sebuah era yang
sudah diwarnai kehadiran internet dan berbagai gawai untuk memudahkan segala
aktivitas.
Generasi Z Punya Karakteristik yang Unik
Membahas tentang generasi Z
memang seru dan seakan tidak ada habisnya. Masing-masing generasi memiliki
karakteristik yang unik, termasuk generasi Z. Saat ini generasi Z sering
didefinisikan dengan karakteristik sebagai berikut :
- Skeptis dan Sinis
Tidak seperti
generasi-generasi pendahulunya yang cenderung berjuang demi idealisme, generasi
Z justru lebih skeptis dan sinisme. Sikap skeptis dan sinisme yang dimaksud
adalah perilaku yang mengutamakan realita dalam pengambilan keputusan. Generasi
yang satu ini akan mengutamakan kebutuhannya sebagai dasar untuk menentukan
sesuatu.
- Menjunjung Tinggi Privasi
Sang
generasi Z tidak suka bila sepak terjangnya di media sosial dilacak orang lain.
Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya pengguna Facebook dari kalangan generasi
Z. Sementara media sosial yang sifatnya lebih privat seperti SnapChat dan Instagram justru kian digandrungi. Rupanya
generasi Z ingin bebas berekspresi di media sosial tanpa terusik oleh opini orang
lain.
- Kemampuan Multi-Tasking yang Hebat
Soal
kemampuan multi-tasking, sudah pasti
generasi Z-lah jagoannya. Generasi ini mampu memaksimalkan kemampuan multi-tasking dengan 5 media berbeda
sekaligus. Misalnya, mereka bisa mengetik di laptop sembari mendengarkan lagu
dari internet, mengakses media sosial melalui gawai, mencari referensi penting
untuk menyelesaikan tugas, dan menonton TV.
- Ketergantungan Terhadap Teknologi
Bagi
generasi Z, teknologi di genggaman tangan bisa diibaratkan seperti udara dan
air. Generasi ini tidak akan bisa hidup dengan baik jika tidak didampingi
teknologi. Mereka merasa kalau teknologi membuat mereka mudah terhubung satu
sama lain dan mudah mengakses berbagai informasi penting setiap hari.
- Pola Pikir yang Sangat Luas dan Penuh Kewaspadaan (Hyper Aware)
Berusaha
meyakinkan generasi Z tentang suatu hal bukanlah perkara mudah. Sebagai
generasi yang berhubungan erat dengan teknologi, generasi Z tidak pernah
kesulitan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Sehingga hal ini membuat
generasi Z memiliki pola pikir yang sangat luas dan ekstra waspada terhadap
hal-hal di sekitarnya.
- Keinginan untuk Berwiraswasta
Para ahli
memperkirakan bahwa 72% generasi Z ingin masuk ke dunia kerja sebagai seorang
wiraswasta. Sebab generasi Z memiliki kemampuan analisis pasar serta tekad yang
besar untuk menjadi seorang pebisnis mandiri.
Generasi Pendahulu Patut Mendukung Tumbuh Kembang Generasi
Z
Generasi Z yang cerdas dan
sedang menempuh pendidikan membutuhkan banyak dukungan dari para generasi
pendahulunya. Saat ini, generasi baby
boomer, generasi X, dan generasi Y menempati posisi sebagai kakek atau
nenek, orang tua, guru, atau tutor bagi generasi Z. Perbedaan karakteristik
antar generasi tentu menjadi salah satu hambatan terbesar untuk menjalin
komunikasi efektif.
Jika dibandingkan dengan
generasi Z, tentu saja baby boomer dan
generasi X tertinggal jauh untuk urusan teknologi. Kendati demikian, hal ini
tidak lantas menjadi batu sandungan untuk mendekatkan diri dengan generasi Z.
Bermodalkan rasa ingin tahu dan semangat belajar yang besar, baby boomer dan generasi X pasti mampu
menjadi pendidik dan teladan yang baik bagi generasi Z. Murid-murid generasi Z
tidak akan merasa bosan bila dibimbing oleh generasi baby boomer dan generasi X yang terbuka terhadap perkembangan
zaman.
Berbeda dengan baby boomer dan generasi X, generasi Y
jelas memiliki pemahaman teknologi yang lebih baik. Lahir pada peralihan zaman
konservatif ke zaman modern membuat generasi Y bisa memposisikan diri sebagai
“jembatan penghubung” bagi dua generasi pendahulunya dan generasi Z. Para
peneliti mengemukakan fakta bahwa generasi Y memiliki kemampuan multi-tasking dengan 3 media berbeda.
Hal ini tentu menjadi salah satu hal yang mendasari kemiripan generasi Y dengan
generasi Z, walaupun multi-tasking generasi
Z masih lebih unggul.
Generasi Y mesti membatasi
perilaku individualisme supaya bisa menyelami sang generasi Z. Bukan mustahil
kalau kolaborasi generasi X dan generasi Z akan menghasilkan hal-hal besar di
masa mendatang.
Serunya Pengalaman Belajar Bersama Generasi Z di
Sekolah
Generasi Z yang tergabung
sebagai suatu kesatuan dalam tingkatan kelas akademik tertentu sangat menarik
untuk diamati. Sebagai individu dengan latar belakang berbeda, mereka memiliki
sikap dan kebiasaan yang beragam. Namun sebagai generasi Z, sikap dasar mereka
tetap sama. Mereka suka belajar melalui media berkonsep audio visual. Di
samping itu, contoh-contoh konkret yang disampaikan oleh guru atau tutor pun
menjadi bahan pembelajaran yang efektif bagi generasi Z. Mereka suka melakukan
eksplorasi terhadap hal baru dan menanyakan hal-hal menakjubkan yang barangkali
berada di luar dugaan guru atau tutor.
Generasi Z dikenal memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi serta mudah akrab dengan orang yang baru dikenal.
Tentu saja generasi ini mudah akrab dengan orang yang baru dikenal dengan
alasan tertentu. Bagi generasi Z, kenyamanan dan komunikasi yang interaktif
merupakan hal esensial dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Generasi yang
lahir setelah era milenium ini tidak suka digurui oleh siapa pun. Mereka
sungguh berbeda dengan generasi Y beberapa tahun lalu, yang masih bisa terima
kalau guru bertindak sebagai orang yang “terlalu menggurui”.
Oleh sebab itu, alangkah
baiknya kalau generasi-generasi pendahulu menempatkan diri sebagai sahabat bagi
generasi Z. Saran dan kritik yang disampaikan dengan gaya kekinian jauh lebih mudah
diterima generasi Z ketimbang wejangan yang sok bijak. Murid-murid generasi Z
juga gemar curhat mengenai banyak hal. Kalau sudah merasa nyaman dengan
orang-orang yang mereka percayai, peluang untuk bercerita mengenai kesulitan
belajar pun akan semakin besar.
Tak harus terus-terusan
bertatap muka dengan generasi Z untuk bisa menjalin kedekatan. Sebab generasi Z
tak segan-segan untuk terhubung dengan orang yang dikenalnya melalui media
sosial. Fenomena ini bisa dimanfaatkan oleh para generasi pendahulu untuk
memantau aktivitas generasi Z di luar kegiatan sekolah. Sesekali tak masalah
menyapa mereka untuk mengingatkan tentang kewajiban belajar atau mengobrol
santai sembari membahas aneka pelajaran di sekolah.
Setiap generasi yang lahir
pada periode tertentu memiliki keunikannya masing-masing. Tidak ada generasi
yang lebih buruk atau lebih baik. Karena sesungguhnya semua generasi memiliki
pengalaman, kebiasaan, dan pola pikir yang unik. Sekarang giliran generasi Z
yang belajar menapaki dunia dan mengenal banyak hal baru. Tidak cuma generasi Z
yang wajib giat belajar, generasi-generasi pendahulunya pun mesti memberikan
bimbingan dengan cara yang efektif. Niscaya hubungan harmonis antar generasi
akan menghasilkan banyak manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bidang
kehidupan lainnya.
Tulisan ini pernah dimuat oleh Majalah 1000 Guru Edisi Agustus 2016.http://majalah1000guru.net/2016/08/majalah-1000guru-agt16/
iya setuju banget dengN pemaparan karakter generasi Z xixixi makasi sharingnya mba nambah knowledge ttg generasi z
ReplyDeletesama-sama, Mbak Herva. Kita sama-sama belajar ya :)
Deletewawasan baru nih mbak, generasi Z memang sangat berbeda karena dibangun dengan lingkungan serba digital hihi
ReplyDeleteBetuuuul. Kitanya juga gak boleh gaptek kalo mau akrab dengan si Generasi Z :)
Deleteyes, semua berubah ya tergantung perubahan jaman juga
ReplyDeleteIya, Mbak Tira. Kitanya juga harus ikutan update supaya gak ketinggalan zaman ya :)
Delete