Kepiting
dan cumi-cumi memang sama-sama hewan laut. Keduanya mudah ditemukan di restoran
seafood dan pusat pelelangan ikan. Di
balik hal sederhana tersebut, ada pesan penting yang ingin disampaikan kepada
kita. Iya. Coba kamu ingat-ingat apa perbedaan kepiting dan cumi-cumi.
Perbedaannya bukan hanya dari segi filum saja, melainkan juga dari cara
bertahan hidup. Kepiting dan cumi-cumi punya “perangai” yang berbeda, yang
selanjutnya akan jadi bahan pembelajaran bagi kita.
Si Kepiting yang Pemarah
Yuk
simak dulu video singkat berikut ini:
Terbukti
kan kalau kepiting memang hewan yang pemarah. Saat diusik dengan sepotong
ranting kecil, kepiting yang sedang membenamkan diri di pasir langsung merasa
terganggu. Salah satu capitnya berusaha meraih ranting kecil itu. Dia tak mau
melepaskan capit dari ranting itu walaupun si pemegang ranting sudah mulai
berhasil menariknya keluar dari lubang.
Bahkan
hal yang sama kembali terulang saat si pemegang ranting menggoda kepiting untuk
kedua kalinya. Alhasil, kepiting pemarah itu pun berhasil diangkat sampai ke
permukaan pasir. Hanya bermodalkan sepotong ranting kecil.
Bila
emosi kita mudah tersulut karena hal-hal kecil, kita tak ada bedanya dengan
kepiting. Emosi yang berubah menjadi kemarahan akan merugikan diri kita
sendiri. Sebab orang yang memancing emosi kita akan merasa berhasil dan bisa
langsung melaksanakan niat-niat buruknya. Kemarahan akan membuat kita gelap
mata. Akal sehat pun akan hilang untuk sementara waktu. Seperti halnya kepiting
yang tak sadar dirinya akan ditangkap karena dia terlalu marah pada ranting
kecil yang mengusiknya.
Cumi-Cumi yang Cerdik dan Tenang
Selain
video tentang kepiting, ada satu video lagi yang juga harus disimak:
Cumi-cumi
memang tampak lebih lemah dari kepiting. Tubuhnya lembek. Cuma punya 10
tentakel. Tak punya capit yang kuat dan tajam. Namun kegigihannya dalam
mempertahankan hidup jauh lebih hebat dibandingkan kepiting. Sewaktu bertemu
predator yang jaraknya masih cukup jauh, dia akan mengerahkan kekuatan otot
tentakelnya untuk melarikan diri. Tetapi kalau predatornya sudah dekat, dia
akan menyemprotkan tinta. Supaya pandangan sang predator terganggu dan dia pun
sempat melarikan diri.
Coba
lihat lagi video cumi-cumi itu. Saat berdekatan dengan predator, cumi-cumi lekas menyemburkan tinta pekat. Berharap sembari berusaha. Barangkali masih
ada kesempatan untuk kabur dari incaran ikan lain. Tak perlu bergerak cepat tanpa terkendali. Sebab
gerakan demi gerakan hanya membuat predator semakin agresif. Cara meloloskan diri mesti dipikirkan
secara cermat dan tenang. Sehingga hasilnya sesuai dengan harapan.
Aku
harap kalian meneladani cumi-cumi. Eh, bukan. Aku tahu kalian pasti jadi
cumi-cumi. Bukan jadi kepiting yang mudah marah dan malah lengah.
Dia
yang memegang ranting kecil itu sedang berusaha menyulut emosimu. Selalu
ada cara untuk bebas dari jeratannya. Asalkan kamu mau berusaha tanpa kenal
kata menyerah. Percayalah bahwa nanti ada waktunya dia akan lelah dan pergi. Sebab
semesta punya cara-cara tak terduga untuk menyelamatkanmu. Masih ingat kan
semua pertolongan yang selama ini hadir tepat pada waktunya?
Tantangan
demi tantangan datang silih berganti. Bagaikan badai besar yang tak kunjung
mereda. Kemarahan hanya akan membuahkan tindakan keliru dalam mengambil
keputusan. Sampai akhirnya penyesalan datang saat semua hal tak sempat diubah
lagi.
Jangan
membuat keputusan saat sedang senang, sedih, marah, sakit, atau tersakiti. Jangan
terkecoh dengan keadaan yang tampak tenang seperti tak berombak. Kepiting dan
cumi-cumi tak pernah bisa memprediksi waktu kedatangan predator atau pemancing.
Hanya satu yang bisa mereka lakukan, yaitu berusaha mempertahankan hidup dengan
caranya sendiri.
Aku
tak bisa banyak membantu. Tetapi ada satu yang perlu kalian tahu. Bahwa
doa-doaku tak pernah sedetik pun lalai mengikuti langkah kalian.
You’d never be alone.
No comments