Hari
ini aku pergi ke Pasar Lama Tangerang. Banyak sekali jajanan yang bisa
dinikmati di sana. Cuaca terik siang hari tak menghalangi para pengunjung yang
ingin berwisata kuliner. Karena sudah kenyang, aku pun hanya menghilangkan
dahaga dengan seporsi es podeng yang rasanya gurih.
Aku
duduk di sebuah bangku panjang.
Sudah tahu apa bedanya bangku dan kursi?
Ini bedanya menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia :
kur.si (1)
n tempat duduk yang berkaki dan bersandaran
n ki kedudukan, jabatan
kur.si (2)
n Isl. ilmu atau kekuasaan Allah SWT
bang.ku
n papan dan sebagainya (biasanya panjang) berkaki untuk tempat duduk.
Berdasarkan arti harfiah tersebut, kini kita tahu bahwa yang biasanya disajikan oleh pedagang kaki lima itu bangku. Sebuah bangku panjang yang bisa diduduki oleh beberapa orang. Bukan kursi.
n tempat duduk yang berkaki dan bersandaran
n ki kedudukan, jabatan
kur.si (2)
n Isl. ilmu atau kekuasaan Allah SWT
bang.ku
n papan dan sebagainya (biasanya panjang) berkaki untuk tempat duduk.
Berdasarkan arti harfiah tersebut, kini kita tahu bahwa yang biasanya disajikan oleh pedagang kaki lima itu bangku. Sebuah bangku panjang yang bisa diduduki oleh beberapa orang. Bukan kursi.
Aku
duduk di bagian tengah bangku itu bersama dua orang lainnya. Di ujung bangku
sebelah kiri, ada seorang ibu yang sedang menikmati es podeng juga. Di sampingnya
ada tumpukan durian milik pedagang kaki lima lain. Tumpukan durian itu
menjulang tinggi. Jaraknya hanya beberapa centimeter saja dari si ibu yang asyik
menjilati sendok es podengnya. Sementara di sebelah kananku, ada wanita muda
yang asyik dengan semangkuk bakso. Kuah baksonya merah sekali. Asapnya pun
mengepul ke udara. Menyebarkan aroma daging sapi segar yang khas.
Selesai
menyantap es podeng, aku berdiri dan meninggalkan bangku panjang itu. Setelah
beranjak pergi, aku menoleh ke belakang. Kutengok lagi kedua wanita yang duduk di
bangku panjang itu. Jika salah satu dari mereka bangun duluan, yang lainnya
pasti akan segera jatuh. Sebab masing-masing dari mereka duduk di ujung bangku.
Bagian yang sudah berada di luar batas topangan kaki bangku.
Semesta rupanya selalu memberi peringatan dengan gayanya sendiri.
Bila
si ibu yang makan es podeng bangun lebih dulu, wanita yang lebih muda akan
jatuh. Mungkin kuah baksonya akan tumpah ke sekujur tubuh. Bisa jadi mangkuk
baksonya terlempar dan pecah. Sakitnya tak seberapa, tetapi beban malunya pasti
sangat besar. Sedangkan bila wanita yang makan bakso itu yang selesai duluan,
si ibu yang makan es podeng bisa jatuh menimpa tumpukan durian di sisi kiri
tubuhnya. Nah, yang satu ini rasa sakit dan malunya sama-sama besar.
Aku
berbalik badan, meninggalkan pemandangan unik di tengah hiruk pikuk tempat
tersebut. Ingatanku lantas kembali memutar memori tentang kalian berdua. Karena
kalian berdua seperti duduk di kedua ujung bangku panjang. Berusaha saling
percaya dan menjaga keseimbangan satu sama lain. Sembari tak lupa sibuk
menyelesaikan segala kewajiban kalian.
Bilamana
salah seorang dari kalian bangun sendirian, maka seorang lainnya yang masih
duduk pasti akan jatuh terjengkang. Merasa sakit, merasa kepercayaannya
dikhianati, merasa bahwa tugas-tugas ini terlalu berat untuk dituntaskan
sendirian.
Perjalanan ini memposisikan kalian dalam keadaan duduk di kedua ujung bangku panjang.
Alangkah
lebih baik jikalau kalian mampu menyeimbangkan posisi setiap saat. Bila ingin
berdiri, yakinlah untuk langsung berdiri berdua. Tetapi kalau masih ingin
bertahan, duduklah terus dan jangan pernah sekalipun meninggalkan bangku itu. Sambil
menyelesaikan tugas-tugas kalian, sesekali kalian mesti menoleh satu sama lain.
Yakinkan dia yang berada di ujung bangku lainnya supaya kuat mencapai titik
akhir perjuangan.
Orang
pintar akan menyelesaikan masalah secara cepat. Tetapi orang bijaksana akan
membangun sistem yang bisa digunakan untuk kebutuhan jangka panjang. Aku tahu
kalian berdua ingin membangun suatu lingkungan kerja seperti ini :
Sebuah
sistem yang stabil, tak peduli siapa pun yang duduk di atasnya. Namun kalian
tak usah menyesal bila sampai titik akhir nanti kalian belum berhasil
mewujudkan sistem itu. Perjuangan kalian sudah lebih dari cukup. Lebih dari
cukup untuk menjelaskan daya tahan dan dedikasi kalian. Masalah demi masalah
itu, mudah-mudahan tak membuat salah satu dari kalian memutuskan untuk bangun
duluan dari bangku panjang.
Tipu
muslihat memang tak kenal lelah menggoda kalian untuk enyah dari bangku panjang
itu. Membuat kalian berselisih dan saling benci sebab tak ada lagi kepercayaan
di antara kalian. Namun ada satu hal yang aku tahu. Semesta tak akan lelah
mengirimkan bantuan-bantuan tak terduga bagi kalian yang senantiasa berusaha.
Jangan marah bila temanmu kelihatan lelah dan ingin mengangkat pantatnya dari
bangku.
Sempat
putus asa membujuk temanmu untuk tetap di ujung sana?
Rayu
saja Penciptanya yang Maha Pemurah dan Maha Tahu.
Aku
dan yang lainnya pun tak akan membiarkan hati kalian melemah.
No comments