Pada
tanggal 18 Desember 2016 yang lalu, saya bersama keempat sahabat saya melakukan
perjalanan ziarah ke Sendangsono, Yogyakarta. Kami tiba di tempat ziarah tersebut kurang lebih pada pukul setengah satu
siang.
Setelah melewati toilet umum
dan undak-undakan, mata kami berlima tertegun pada sosok seorang perempuan tua
di bawah pepohonan rindang. Usianya kira-kira lebih dari 65 tahun. Perempuan
itu duduk santai sambil menjajakan barang dagangannya. “Si Mbah”, begitu
kira-kira kami menyebutnya sebelum kami menghampiri dan berkenalan dengannya.