Beberapa hari lalu, kerabat
saya yang bekerja sebagai staf Tata Usaha (TU) di sebuah sekolah swasta
mengirim pesan singkat via Whatsapp. Rupanya beliau sedang ditugaskan memeriksa
soal-soal UAS yang nanti akan dikerjakan murid SD.
“Mel, mana yang bener, ya?
My brothers like to skateboard.
My brothers like to play skateboard.”
Setelah membaca pesan
tersebut, saya pun bergegas membalasnya sesegera mungkin.
“My brother like to play skateboard,
Mbak.
Sesudah to harus ada kata kerja.
Sopo sing nggawe soal sih,
Mbak?”
Kerabat saya pun menyebutkan
nama sang guru yang membuat soal Bahasa Inggris tersebut. Sebuah nama yang
tidak asing bagi saya. Tentu saja tidak asing. Karena enam belas tahun yang
lalu saya adalah murid dari guru tersebut untuk mata pelajaran yang sama. Membaca jawaban tersebut kemudian membuat
pikiran saya mulai melayang-layang. Ya, melayang dengan sangat liarnya. Seingat
saya, belasan tahun yang lalu beliau termasuk guru yang cermat dan disiplin
saat mengajar di kelas. Benarkah kini beliau bisa membuat kesalahan fatal pada
soal sesederhana itu?
Malu lo kalau soal yang
keliru itu dibaca oleh orang tua murid atau orang lain yang paham. Masa jadi
guru Bahasa Inggris gak bisa menggunakan kata to dengan benar. What on
earth are you thinking about?
Pikiran saya masih terus
berkelana setelah percakapan singkat di WhatsApp tersebut. Menurut kerabat
saya, sang guru tetap bersikukuh dengan “my
brothers like to skateboard.”
“Skateboard kan
kata benda, Bu. Artinya papan luncur. Kalo penggunaan kata to kan harus diikuti kata kerja.”
“Tapi di bukunya emang gitu
kok.”
Singkat cerita, kerabat saya memutuskan
untuk menambahkan kata to play tanpa sepengetahuan si guru
Bahasa Inggris. Ya iyalah, daripada nanti malu-maluin mending soal
itu langsung diperbaiki.
Yang Muda Tidak Selalu Ingin Berkuasa atau Menggurui
Kerabat saya yang satu itu
memang masih muda. Putra-putrinya masih SD. Dilihat dari perawakannya, dia
masih pantas lo jadi anak kuliahan. Namun untuk urusan kompetensi dan
ketelitian kerja, beliau tidak kalah dengan staf atau guru yang jauh lebih
senior. Apa mungkin ya guru Bahasa Inggris saya malu karena mendapat kritik
dari staf TU yang masih muda?
Pekerja senior kerap
menganggap rekan kerja yang lebih muda sebagai ancaman. Atau setidaknya sebagai
anak ingusan yang tidak pantas memberikan saran atau kritik. Padahal tidak
semua rekan kerja yang muda selalu ingin berkuasa atau menggurui. Bahu membahu
demi mencapai kepentingan bersama itu sangat penting. Apalagi koreksi soal UAS ini
menyangkut kepentingan murid-murid. Jangan sampai murid jadi bingung atau salah
menjawab ketika dihadapkan pada soal yang keliru.
Sumber :
Fanpage Meme Comic Indonesia
Guru merupakan profesi mulia
yang bertanggung jawab membimbing dan mendukung proses belajar murid-murid di
sekolah. Jadi, sudah sepatutnya guru juga senantiasa bertekad menjadi pribadi
yang lebih baik lagi. Salah satunya dengan cara berbesar hati terhadap saran
dan kritik dari orang lain. Orang yang lebih muda bukan berarti lebih awam dari
kita. Sebab setiap orang punya pengalaman dan pemahaman ilmu yang beragam. Selalu
ada pembelajaran berharga yang bisa kita dapatkan bila kita terbuka menerima
saran dan kritik.
Mungkin Fenomena Ini yang Bikin Perusahaan Lebih Suka Pekerja Muda
Tampaknya sudah jadi suatu
kodrat hidup bahwa semakin bertambahnya usia, maka seseorang akan semakin keras
kepala. Saya, kamu, dia, atau siapa pun yang membaca tulisan ini. Seiring
dengan bertambahnya usia, maka diri sendiri merasa sudah punya banyak
pengalaman dan ilmu selama menjalani kehidupan.
Di atas langit masih ada
langit.
Selalu ada orang lain yang
lebih hebat, lebih bijaksana, lebih berpengalaman, dan (mungkin) lebih muda
daripada kita. Karena usia tidak dapat menjadi patokan kebijaksanaan dan
kemampuan seseorang. Mungkin ini nih sebabnya mengapa sebagian besar perusahaan
maupun lembaga non profit memprioritaskan rekrutmen pekerja yang masih muda.
Kenapa?
Karena pekerja yang masih
muda bukan hanya siap mempelajari banyak hal baru, melainkan juga belum keras
kepala. Mayoritas pekerja muda cenderung lebih mudah “dibentuk” dan diarahkan
sesuai tujuan perusahaan. Lain halnya dengan pekerja senior yang cenderung
bertahan dengan cara kerjanya sendiri yang dianggap paling tepat. Justru para
pekerja senior sering lupa bahwa zaman terus berkembang. Selalu ada informasi
baru yang bisa didapatkan semudah menjentikkan jari tangan. Jika tidak mau
memantaskan diri dengan perkembangan zaman dan orang-orang di sekitar,
kemungkinan besar pekerja senior akan jadi sosok kolot yang menyebalkan.
Sifat keras
kepala itu penting ketika kita mempertahankan kebenaran. Namun sifat tersebut
harus disingkirkan jauh-jauh jika kita sedang melakukan kekeliruan. Orang yang
terbuka menerima saran dan kritik dari orang lain sejatinya bukanlah orang yang
memalukan.
Sumber :
Fanpage Meme Comic Indonesia
Tulisan ini saya akhiri
sembari tersenyum di depan laptop. Karena tiba-tiba saya mengingat sebuah ucapan
ulang tahun yang sangat unik di wall teman
Facebook saya. Biasanya orang akan menyampaikan harapan-harapan manis kepada
orang yang berulang tahun. Semoga panjang umur, sehat, sukses, bahagia, banyak
rezeki, dan semoga-semoga yang lainnya. Berbeda dengan yang lainnya, ucapan
ulang tahun yang nyeleneh itu malah punya kesan amat mendalam saat direnungkan.
Dan maknanya tentu berkaitan erat dengan tulisan saya kali ini.
“Selamat ulang tahun.
Jangan jadi tua menyebalkan.”
No comments