Ketika kita kecewa terhadap
orang yang kita kasihi, bukan salah orang tersebut yang membuat kita kecewa.
Justru itu salah kita. Sebuah kesalahan yang muncul karena harapan kita terlalu
tinggi. Bisa dibilang terlampau muluk-muluk. Jadi, jangan mencoba untuk
menyalahkan orang lain yang menjadi tumpuan harapan kita. Bukankah bayangan
kita sekalipun bisa meninggalkan kita di tempat gelap?
Alangkah lebih baik jika kita
yang melakukan introspeksi diri. Barangkali memang rasa kasih itu yang membawa
kita kepada sebuah harapan besar. Martin Luther King bahkan pernah mengatakan :
There can be no deep disappointment where there is no
deep love.
Jelas sudah bahwa sumber dari
kekecewaan itu adalah rasa kasih kita yang terlalu besar, terlalu dalam, dan
terlalu kuat. Selama masih bernapas, rasa kecewa itu manusiawi. Tentu tidak ada
manusia luput dari perasaan kecewa. Walaupun kita diajarkan untuk mengasihi
sewajarnya, namun kasih itu tidak bisa dibendung meski kita sedang kecewa
terhadap sesuatu atau seseorang. Mungkin ini yang namanya rasa kecewa. Begitu
menyiksa dan membuat hari-hari tak berjalan seperti biasanya.
Kita sudah sama-sama dewasa
untuk menentukan pilihan kita sendiri. Ada yang membuat keputusan untuk
mengakhiri sesuatu, dan ada pula yang bebas menunjukkan kekecewaannya. Semoga rasa
kecewa ini tidak berlarut-larut dan menjelma jadi sikap apatis yang
berkepanjangan. Mungkin sudah saatnya kita belajar dari anak bayi yang sedang
belajar berjalan. Anak bayi yang jatuh puluhan kali tetapi tidak pernah
berpikir “apakah ini bukan takdirku?”
Ada yang harus belajar
menguatkan hati dalam menjalani takdirnya. Ada juga yang patut menata hati agar
tidak mudah lelah karena hantaman kekecewaan. Sudah waktunya kita meyakini
bahwa kita berjalan beriringan di jalur yang sama untuk saling mendukung. Mari berharap
bahwa kasih dan kesempatan itu masih ada. Sehingga tiada kata terlambat untuk
memperbaiki keadaan dan kembali berjalan dengan langkah yang mantap.
Sumber :
Fanpop.com
Aku tidak marah, melainkan
hanya kecewa. Tak perlu kamu menaruh peduli pada kekecewaanku. Tampaknya banyak
yang rasa kecewanya lebih besar daripada kekecewaanku. Bukankah tadi sudah
kukatakan kalau kecewa itu manusiawi?
Namun kasih ini silakan kau
adu, malaikat juga tahu aku yang jadi juaranya. Kupastikan kasihku tidak akan
berubah. Doakan saja supaya aku dan mereka lekas menata puing-puing hati yang
hancur karena rasa kecewa. Dan jangan lupa berdoa agar Dia menunjukkan takdir
terbaik-Nya untuk kita semua.
No comments