Hal ini sepele. Tetapi patut
dipahami oleh semua orang. Tidak ada gunanya mencoba menyapu lantai kotor
dengan sapu yang kotor. Karena orang yang mencoba membersihkan hanya akan
merasa lelah ketika menggunakan sapu yang kotor. Sementara hasil yang didapat cuma
sia-sia belaka.
Ini bukan hanya berlaku di
bidang politik dan pemerintahan. Karena hal tersebut juga ada di dunia
pendidikan Indonesia selama puluhan tahun. Lihat saja bagaimana kesejahteraan
guru yang bertugas di daerah pedalaman malah kian menyedihkan dari hari ke
hari. Kisaran dana pendidikan yang dianggarkan sebenarnya tidak sedikit. Namun entah
dana itu lari ke mana, sungguh tidak tepat sasaran.
Problematika Yayasan Pendidikan Swasta
Serupa tapi tak sama. Sejumlah
yayasan pendidikan swasta di Indonesia juga memiliki permasalahannya sendiri. Perihal
kesewenang-wenangan pengelola yayasan bukan lagi cerita baru. Melainkan hanya
cerita klasik yang dibungkus oleh intrik-intrik seru. Mungkin bisa dibilang
mirip dengan sinetron. Ada sosok yang teraniaya, dan ada yang berjaya selama
puluhan tahun.
Tidak banyak yang bisa dilakukan
oleh guru di sekolah swasta jika sudah menyangkut urusan dengan pihak yayasan. Belum
lagi kalau peraturan umum kepegawaian yang sudah ditetapkan seakan jadi
pembenaran sahih bagi tindak tanduk yayasan. Tetapi jangan sedih dulu. Selalu ada
secercah harapan. Meskipun harus menunggu hingga puluhan tahun sampai keadaan
bertambah parah.
Pemimpin Baru Butuh Dukungan dari Orang-Orang di Sekitarnya
Tongkat kekuasaan pemimpin
baru tak ada gunanya jika tidak mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya. Tentu
saja yang dimaksud adalah dukungan dari guru-guru yang siap memberantas ketidakadilan.
Ada banyak hal yang harus diperbaiki dari sebuah yayasan sekolah swasta,
termasuk Peraturan Umum Kepegawaian (PUK) lama yang isinya bertentangan dengan
kesejahteraan guru dan kemajuan zaman.
“Sapu yang bersih” ini pasti
sudah menunggu lama untuk membersihkan lantai kotor. Lama sekali mendekam di
pojok ruangan. Ketika tiba waktunya, maka ia akan menunjukkan bahwa
membersihkan lantai yang kotor selama puluhan tahun bukanlah sesuatu yang
mustahil. Sang pemimpin baru akan menjadikan sapu yang bersih sebagai rekan
untuk membersihkan lantai kotor.
Perjuangan adalah proses
tanpa akhir. Semoga sapu bersih itu tak pernah lelah membersihkan apa yang
harus dibersihkan. Waktu yang berlalu pasti menggerogoti kekuatan helai-helai
ijuknya. Tetapi penantian dan perjuangannya akan menjadi contoh bagi sapu-sapu baru berikutnya.
Selalu ada yang lebih baik di
antara yang baik. Tetapi kebaikan demi kebaikan itu tidak bisa disampaikan jika
tidak ada salah satu yang memulainya terlebih dahulu. Terima kasih sudah
memberi semangat, kekuatan, dan inspirasi selama beberapa belas tahun ini,
wahai sapu lama yang bersih.
Hwaiting, nae panjangnim!
No comments