Membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan dunia pendidikan memang seru. Topik bahasannya pun seakan tak
ada habisnya. Sebab selalu ada hal-hal menarik yang bisa disoroti dari sebuah
proses pendidikan. Salah satunya adalah sistem guru kelas dan guru bidang studi
di sekolah.
Apa Sih Bedanya Sistem Guru Kelas dan Guru Bidang Studi?
Sumber :
Pada sistem guru kelas, sang
wali kelas akan mengajarkan hampir seluruh mata pelajaran di kelas. Biasanya
hanya pelajaran bahasa asing, olahraga, dan pendidikan agama yang ditangani
oleh guru lain. Sedangkan pelajaran lain berupa Bahasa Indonesia, matematika,
ilmu sosial, ilmu eksakta, kewarganegaraan dan disiplin ilmu lainnya akan
menjadi tanggung jawab si wali kelas.
Sementara sistem guru bidang
studi justru mengkhususkan setiap guru untuk mengajar mata pelajaran yang
betul-betul dikuasainya.Guru yang senang dan mahir berbahasa Indonesia tentu
dapat memilih untuk mengajar di mata pelajaran tersebut. Demikian pula dengan
guru lain yang menguasai bidang pelajaran berbeda.
Di Tingkat Mana Biasanya Sistem Guru Kelas dan Guru Bidang Studi Diberlakukan?
Sumber :
Beberapa tahun yang lalu
sistem guru kelas masih selalu diberlakukan hingga tingkat SD. Namun kini sudah
mulai banyak SD yang lebih memilih penerapan sistem guru bidang studi. Di SMP dan SMU biasanya setiap mata pelajaran
akan ditangani oleh satu guru. Sedangkan untuk tingkat SD, satu orang guru bisa
menangani 2 hingga 3 mata pelajaran yang dikuasainya.
Guru bidang studi di tingkat
SMP dan SMU pada umumnya akan mengajar untuk semua tingkatan kelas. Berbeda halnya
dengan guru bidang studi di SD yang menangani satu tingkatan kelas saja. Jadi,
seorang guru bidang studi SD kemungkinan besar hanya menangani tingkat kelas 1,
kelas 2, hingga kelas 6.
Efektivitas dari Segi Kompetensi Guru
Sumber :
Instagram
Dari segi efektivitas, jelas
sistem guru bidang studi lebih efektif daripada sistem guru kelas. Karena
setiap guru bisa memilih mata pelajaran yang benar-benar dikuasainya. Bahkan
guru juga bisa memilih mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya
saat menempuh pendidikan.
Guru kelas mungkin tampak
lebih multi talented dari guru bidang
studi. Namun tentu tidak semua mata pelajaran yang diajarkannya adalah mata
pelajaran yang dikuasainya dengan sangat baik. Ada kalanya guru kelas mesti
bertanya kepada rekan-rekannya untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih baik
lagi. Oleh sebab itu, guru kelas jelas harus lebih meluangkan banyak waktu
untuk mempelajari dan menguasai berbagai mata pelajaran. Sudah jadi kewajiban
guru untuk memberikan bimbingan semaksimal mungkin untuk semua muridnya di
kelas.
Efektivitas dari Segi Pencapaian Murid-murid
Sumber :
Setiap sistem yang diterapkan
tentu ada konsekuensinya. Termasuk sistem guru kelas dan guru bidang studi. Guru
kelas menghabiskan lebih banyak waktu bersama murid-muridnya daripada guru
bidang studi. Sehingga kemungkinan besar setiap guru kelas paham betul dengan
potensi dan pencapaian muridnya satu per satu. Kala ekspresi salah satu
muridnya mulai menunjukkan gejala kebingungan, maka sang guru akan mengulangi
penjelasan atau menggunakan contoh yang lebih mudah.
Guru bidang studi tidak
memiliki banyak waktu untuk menyelami karakter setiap muridnya. Karena setiap
guru sibuk berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya ketika jam pelajaran
usai. Itulah mengapa ketidakpahaman murid-murid terhadap suatu pelajaran akan
semakin berlarut-larut dari waktu ke waktu. Malu bertanya sesat di jalan,
banyak nanya malah malu-maluin. Belum sempat bertanya, bapak ibu guru sudah siap-siap
angkat kaki dari kelas.
What on earth are you thinking about?
Tentang Kedekatan Emosional Antara Guru dan Murid
Sumber :
Tak kenal maka tak sayang.
Begitulah ungkapan familiar yang sudah kita kenal sejak SD. Demikian pula
halnya dengan hubungan guru kelas dan murid. Awalnya mungkin ada rasa sungkan.
Tetapi lama kelamaan hubungan yang terjalin akan semakin akrab dan terasa
menyenangkan.
Kedekatan emosional yang
terjalin antar guru kelas dan murid-muridnya membuat sang guru paham dengan
kebiasaan belajar murid-murid. Para murid pun tak takut untuk mengusulkan cara
belajar yang jauh lebih efektif dan menyenangkan. Murid-murid akan lebih
terbuka jika mereka merasa tak sanggup dengan tumpukan PR dan ulangan yang
disiapkan sang guru di esok hari. Menghadapi pendapat murid, guru kelas pun
biasanya bisa melonggarkan rencana PR dan ulangan tersebut. Maksimal 2 ulangan
harian aja ya, Bu. *kerlingan manja
Jalinan kedekatan emosional
yang erat rupanya jarang dirasakan oleh guru bidang studi dan murid-muridnya.
Bertemu sang guru yang sekaligus jadi wali kelas saja sudah jarang, lantas
bagaimana caranya agar bisa akrab. Sebenarnya kedekatan emosional antara guru
bidang studi dan murid bukan hal yang mustahil. Asalkan sang guru memang
bersedia meluangkan waktu dan muridnya pun tak menjauh jika didekati sang guru.
Stereotip Terhadap Guru Bidang Studi Tertentu
Sumber :
Instagram
Guru matematika selalu seram
dan galak. Kalau guru kimia biasanya si tua yang bikin ngantuk. Guru Bahasa
Indonesia? Jelas saja dia yang selalu mengulang-ngulang pelajaran bak kaset
rusak.
Stereotip seperti ini
biasanya berkembang di kalangan murid SMP dan SMU yang merasa kapok dengan guru
bidang studi tertentu. Padahal tentu tidak semua guru bidang studi memiliki
karakter seperti itu. Sayangnya, stereotip-stereotip yang muncul secara spontan
tersebut malah sering melekat pada guru yang bersangkutan.
“Jadi wali kelas elo si Pak
X, ya? Ih dia mah kalo ngajar kimia bikin ngantuk. Mending lo siapin tusuk gigi
deh buat ngeganjel mata pas perwalian.”
Murid-murid SD biasanya lebih
cenderung nrimo dengan guru kelasnya.
Baik atau buruk, guru kelas tetaplah orangtua di sekolah yang setiap hari
selalu berhadapan dengan kita. Bukan hanya karena murid SD itu usianya lebih muda.
Melainkan karena mereka merasakan saat-saat senang, takut, atau takjub ketika
diajar oleh sang guru kelas. Bertemu guru kelas yang sama setiap hari, namun
selalu ada memori mengesankan atau pengalaman konyol yang istimewa. Sehingga
yang ada di benak tak melulu kesan seram, suka marah-marah atau cara mengajar
yang bikin ngantuk. Rasanya nano-nano.
Sejatinya bukan sistem guru
kelas atau guru bidang studi yang akan menyukseskan kegiatan belajar mengajar.
Hendaknya semua guru dan murid “tahu diri”. Tahu diri berarti memahami hal-hal
apa yang bisa memperlancar kegiatan belajar mengajar, memahami potensi diri
sendiri serta tidak menyerah begitu saja ketika mengalami kebuntuan. Hidup itu
tidak mudah, begitu juga dengan belajar. Meski tak mudah, bukan berarti masalah
dalam kegiatan belajar mengajar tidak ada solusinya.
lagi bingung menentukan sistem guru kelas atau subject ketemu artikel ini malah tambah bingung menentukan pilihan...
ReplyDeleteWah, mungkin bisa disesuaikan dengan umur muridnya juga, Pak.
DeleteMurid kelas besar bisa diajar dengan sistem subjek/ bidang studi.
Selamat menentukan pilihan ya :)
Tolong share judul buku dan cover bukunya yang membahas tentang guru kelas yang lengkap dong, saya sangat butuh��
ReplyDeleteHalo, Kak Cut.
DeleteBuku tentang guru kelas biasanya banyak terdapat di toko buku dan marketplace online :)
Guru kelas sangat membosankan bagi murid
ReplyDeleteIya, Kak. Kalo cara ngajarnya monoton memang bisa ngebosenin. Bikin murid ngantuk :D
Delete