Sore yang cerah. Awan-awan berarak riang di langit. Ada yang bergerak cepat, dan ada yang jahil berlama-lama menutupi sinar matahari. Awan yang tampak riang ternyata tak mendukung suasana hatiku. Ah, cukup banyak hal yang sedang kupikirkan. Ulangan biologi di esok hari memang menjadi salah satunya. Tapi bukan hal itu yang mengganjal di hatiku. Ya sudahlah, kurasa tak ada gunanya bila memikirkan itu terus. Tak terasa lamunanku sepanjang perjalanan pulang sudah membawaku ke pintu rumah. Segera aku bergegas masuk ke rumah. Seperti biasa ada oma di ruang tamu. Rupanya ia sedang menjahit kancing seragamku yang lepas.
"Oma, Aldo udah pulang, nih …”
“Hei, Aldo sudah pulang. Ganti baju dulu gih, ada bubur ketan item tuh di kulkas.”
Aku masih
terdiam di sofa ruang tamu. Memperhatikan oma yang dengan seksama masih
menjahiti kancing seragamku. Jahitan kancing yang tak terlepas pun satu persatu
dijahitnya lagi agar tak mudah lepas. Oma memang sungguh teliti. Kalimat itu
pun kembali meluncur dari bibirku. Entah sudah berapa kali aku mengucapkannya.
“Papi mami
kapan pulang ya, Oma?”
Oma terhenti
sejenak dari kegiatannya menjahit kancing seragam. Ia menatap wajahku
dalam-dalam dan kemudian tersenyum lembut ala ABG di iklan kosmetik.
“Aldo
sayang, oma tau kamu kangen papi mami. Tapi mungkin papi mami emang lagi sibuk
sama kerjaannya. Kalo mereka free pasti
mereka nyempetin waktu buat pulang nengokin kita. Yang paling penting mereka
sehat-sehat aja di sana.”
Aku hanya
mengangguk-angguk pelan. Berusaha memaklumi kalimat demi kalimat yang dikatakan
oma. Mungkin sudah puluhan kali aku berusaha memakluminya. Apa boleh buat
memang begitu adanya. Lebih baik aku segera bergegas ke kamar dan ganti baju.
Aku, oma dan
adikku Alma memang hanya tinggal bertiga saja di rumah. Papi dan mamiku sudah
lima tahun tinggal dan bekerja di Jerman. Lapangan pekerjaan di tanah air
memang agak sulit dicari. Tak mengherankan bila bekerja di Jerman dengan
penghasilan besar menjadi salah satu pilihan hidup. Aku masih kelas 1 SMP
ketika papi dan mami memutuskan untuk bekerja di Jerman. Alma yang usianya
terpaut lima tahun denganku juga masih sangat kecil waktu itu. Kami berdua sangat
beruntung memiliki oma yang sangat menyayangi kami. Oma meyakinkan papi dan
mami untuk bekerja di Jerman dengan tenang karena ia yang akan menjaga kami
dengan baik. Keadaan finansial keluarga kami tak pernah kekurangan, bahkan
lebih dari cukup. Setiap bulan papi dan mami pasti rutin mengirimkan biaya untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Oma tetaplah
oma. Fisiknya memang sangat kuat dan jarang sekali sakit. Ia sangat menyayangi
aku dan Alma. Aku tak pernah mendengar ia marah padaku atau Alma. Kesalahan
atau kekeliruan yang kami buat biasanya akan dikoreksi oma dengan tutur katanya
yang lembut namun tegas. Mungkin ia adalah orang paling sabar yang pernah aku
temui. Selain harus ditinggalkan oleh anak dan menantu, ia masih harus menjaga serta
mendidik aku dan Alma. Hal yang mungkin tak pernah dan tak ingin dibayangkan
oleh orang-orang seusianya. Aku senantiasa mengingatkan Alma dan diriku sendiri
agar tak terlalu membebani oma. Pekerjaan rumah yang dapat kami kerjakan
seperti mencuci piring dan membersihkan kamar mandi selalu kami kerjakan untuk
meringankan pekerjaan oma. Aku dan Alma juga tidak pernah merengek minta
dibelikan sesuatu. Kurasa uang saku yang diberikan papi dan mami sudah lebih
dari cukup untuk jajan dan keperluan sekolah.
Malam itu aku
sudah selesai membaca catatan biologi. Aku duduk-duduk di teras menikmati
semilir angin malam yang sejuk. Aku terdiam lama sekali, sebelum Alma
menghampiri aku dan berkata,
“Mas Aldo,
papi mami kapan ya pulangnya. Sebentar lagi kan mas Aldo ulang tahun yang ke
17.”
Mendengar
ucapan Alma, aku termenung beberapa saat. Apa yang diucapkan adikku adalah hal
yang dari kemarin-kemarin mengganjal di hatiku. Di hari spesial itu apa papi
dan mami akan menyempatkan diri meninggalkan pekerjaannya sejenak untuk pulang
ke rumah. Sudah tiga tahun papi dan mami tidak pulang ke rumah. Aku kangen sekali
dengan papi dan mami, Alma dan oma juga pasti kangen mereka.
“Mas
Aldooooo… kok malah bengong sih?”
“Eh… Hmm…
papi dan mami pasti pulang kok kalo sempet. Kalo mereka ga pulang ya mungkin
emang lagi banyak kerjaan. Papi mami kan kerja buat kita semua. Yang penting
kamu jangan nakal, jadi ga nyusahin oma tuh. Hahahaha…”
“Uuh, Mas
Aldo ngomongnya gitu terus. Bosen tau. Bulan lalu aja aku ulang tahun tapi papi
sama mami ga pulang. Kalo nanti papi mami pulang pas Mas Aldo ulang tahun, aku
sirik banget. Weeee…”
Alma
meledekku seraya menjulurkan lidahnya lalu ia berlari masuk ke kamarnya. Aku
kasihan melihat adikku itu. Sebulan yang lalu ia berulang tahun. Ia ingin
sekali papi dan mami pulang di hari ulang tahunnya. Ia juga request kado berupa seekor anak anjing
golden retriever pada papi dan mami. Jangankan mengabulkan keinginan Alma untuk
pulang ke rumah, seekor anak anjing saja akhirnya tak menjadi kado ulang tahun
untuk adik semata wayangku itu. Padahal tahun-tahun lalu papi dan mami selalu
mengabulkan permintaan kami di hari ulang tahun. Bagaimana dengan aku?
Seperti
tahun-tahun lalu, papi mami menanyakan aku mau kado apa di hari ulang tahunku
setahun yang lalu. Aku meminta sebuah sepeda motor, tak perlu yang baru, bekas
pun tak apa-apa. Aku meminta kado itu bukan tanpa alasan. Aku merasa perlu
sepeda motor agar dapat bepergian dengan mudah dan hemat ongkos. Deengan sepeda
motor, aku pun dapat mengantar oma pergi ke pasar atau ke tempat lainnya. Tapi
ternyata keinginanku tahun lalu itu tidak terkabul. Papi dan mami mengirimkan
aku satu set lengkap seri novel Harry Potter. Aku merasa sedikit kecewa, tap
tak apalah karena novel-novel itu dapat melengkapi koleksi bukuku. Papi dan
mami memang paham kalau aku hobi membaca buku.
Tahun ini
aku tak lagi meminta kado sebesar dan semahal sepeda motor. Aku hanya ingin
memiliki sebuah mp3 player yang dapat
menemaniku ketika sedang bersantai. Sebenarnya bukan mp3 player yang menjadi keinginan utamaku. Bagiku, melihat papi dan
mami pulang ke rumah untuk menengok kami adalah hal yang paling penting.
Hari-hari
berlalu dengan cepat dan diisi dengan rutinitas seperti biasanya. Tak terasa
besok adalah hari ulang tahunku. Malam ini aku hanya ingin bersantai di
kamarku. Kurasa sudah saatnya aku mendewasakan diri. Besok umurku genap 17
tahun. Tak apalah bila papi dan mami tidak pulang ke rumah tahun ini. Ya,
memang sepertinya tidak pulang lagi. Biasanya bila akan pulang, mereka pasti
telepon dulu untuk memberi kabar. Tapi sampai sekarang tak ada kabar, berarti papi
dan mami belum akan pulang ke rumah. Tak lama kemudian aku pun tertidur pulas.
Tak terasa
hari sudah beranjak pagi. Aku masih bermalas-malasan di kasur karena ini adalah
hari minggu. Aroma nasi kuning yang sedap masuk ke kamarku melalui celah-celah
pintu. Hmm… sedap sekali aromanya. Oma memang selalu memasakkan nasi tumpeng
lengkap dengan lauk dan kue-kue basah di hari ulang tahunku atau ulang tahun
Alma. Aku segera keluar kamar dan berjalan menuju meja makan. Wow, kue-kue
basahnya lengkap sekali dan sepertinya jumlahnya lebih banyak dari biasanya.
Ada risoles mayonnaise, klepon, éclair, bugis mandi, dadar gulung dan
kue lumpur coklat.
Kue lumpur
coklat?
Seingatku,
di rumah tidak ada yang suka dengan kue lumpur coklat. Oma pun sudah lama tidak
membuat kue lumpur coklat. Biasanya hanya mami yang suka sekali makan kue
lumpur coklat. Mami?
Setengah
terkejut dan tak percaya, aku berlari ke kamar papi dan mami. Kamar itu sudah
lama kosong. Oma yang rajin membersihkan kamar itu dan mengganti spreinya, dan
sesekali aku ikut membantunya. Kamar itu masih kosong seperti biasanya. Tapi di
salah satu sudutnya ada tumpukan tiga koper besar yang tergeletak di lantai.
Tak salah lagi. Papi dan mami pasti sudah pulang. Aku kebingungan selama
beberapa saat, dan tanpa berpikir panjang segera berlari ke arah teras. Sebuah
pemandangan yang tak dapat kupercaya berada tepat di depanku. Alma dan mami sedang
memberi semangkok susu pada seekor anak anjing golden retriever. Mami cantik sekali,
ia tampak tampil santai dengan kaos dan celana pendek. Rambut panjangnya
terurai, ia masih tampak sama seperti tiga tahun yang lalu. Mami menoleh ke
arahku dan tersenyum manis sambil berkata,
“Akhirnya si
ganteng ini bangun juga… yaa ampun bangunnya siang banget sih ”
“Uh.. ehh..
mami… mami kapan pulang? Kok ga ngabarin ke rumah?”
Aku berlari
memeluk mami yang masih memegangi semangkok susu. Rasanya senang dan lega
sekali melihat mami di teras pagi itu. Mami memelukku sambil membelai lembut
rambutku.
“Kamu bau
banget… mandi dulu gih”
“Papi mana,
Mi?”
Belum sempat
mami menjawab pertanyaanku, tiba-tiba ada suara motor berhenti di depan rumah. Papi
datang mengendarai satu unit sepeda motor baru bergaya retro ala skuter vespa.
Ia bergegas masuk ke rumah dan kemudian menyambut pelukanku.
“Apa kabar sayang… sehat-sehat kan. Selamat ulang tahun yang ke 17 ya. Semoga kamu selalu sehat-sehat, happy, tambah sayang sama kita semua. Wish you all the best.”
“Papiii… aku
kangen papi mami. Kenapa ga bilang-bilang kalo mau pulang”
“Kan kita
mau bikin surprise buat kamu sama
Alma. Hahahahahaha … Papi sama mami bawa kado ulang tahun kamu tahun lalu. Sepeda
motor yang kamu mau. Papi sama mami bukannya ga mau beliin kado untuk kamu taun
lalu. Tapi taun lalu kan umur kamu masih 16, sekarang udah umur 17 jadi udah
bisa bikin KTP dan SIM. Udah cocok dan legal buat bawa motor kemana-mana.”
Kami
sekeluarga pun masuk ke rumah dan bersenda gurau di ruang tamu. Papi dan mami
bukan hanya membawakan kado ulang tahun yang aku inginkan di tahun lalu. Mereka
juga membawa kado ulang tahun Alma, seekor anak anjing Golden retriever berumur
2 bulan lengkap dengan sertifikat lahir dan buku vaksinnya. Melihat papi dan
mami pulang ke rumah tepat di hari ulang tahunku adalah kado terindah bagiku di
umur 17 tahun ini. Tapi rupanya mereka masih menyiapkan satu kejutan lagi
untukku, satu unit mp3 player keren berlambang
buah apel yang sudah pasti mahal harganya. Rasanya aku malu sekali dengan papi dan mami. Umurku sudah 17 tahun tapi aku masih banyak menuntut
dari mereka. Tak apalah kutahan rasa malu itu, yang penting hari ini aku bisa
berkumpul dengan mereka, orang-orang yang sangat kucintai. Semoga seluruh
anggota keluargaku selalu dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan oleh Tuhan.
Sumber
gambar :
No comments