Saat saya kelas 4 SD dulu, wali kelas mengatur saya untuk duduk dengan seorang teman lelaki bernama Ferry. Letak tempat duduk kami ada di baris keempat dari total 5 barisan. Si Ferry ini tipikal murid yang biasa saja, nggak menonjol dari segi akademis. Tampang nggak ganteng, kelakuan juga nggak terlalu kayak anak setan, nakalnya masih standar.
Ferry Si Arca Bernyawa
Jika kebanyakan murid mudah akrab setelah jadi teman sebangku, tidak demikian halnya dengan saya dan Ferry. Berbulan-bulan lamanya duduk bersama, hampir nggak pernah ada obrolan di antara kami. Ferry seperti asyik dengan dunianya sendiri, hati dan otaknya entah ke mana saat duduk bersama saya sepanjang hari. Ketika waktu istirahat tiba, dia asyik bermain dengan teman-teman akrabnya. Jika bel masuk kelas sudah berbunyi, maka kembalilah dia jadi arca yang bernapas tapi tergeletak kaku di samping kanan saya.