Kata
orang, karakter itu tak hanya ditentukan oleh faktor genetik saja. Ada hal-hal
lain yang tak kalah penting, salah satunya adalah pengalaman hidup dan
lingkungan sekitar. Mungkin ada orang yang mewarisi gen ekstrovert dari orang tuanya. Tetapi karena pengaruh lingkungan
sekitar dan pengalaman hidupnya, gen ekstrovert
tersebut tidak menonjol. Hanya muncul di saat-saat tertentu dengan
intensitas rendah.
Semua
orang punya pengalaman hidup yang unik dan berbeda dengan orang lain. Pengalaman
itu tentu memberikan pembelajaran berharga yang diterjemahkan dengan makna yang
berbeda-beda. Meskipun ada dua orang yang mengalami suatu hal pada waktu,
tempat, dan kondisi yang sama, penerimaan dan pelajaran yang diperoleh pasti
akan tetap berbeda.
Aku
tahu pengalaman hidupku belum banyak. Tak ada apa-apanya jika dibandingkan
perjalanan hidup kalian. Namun aku tahu bahwa pengalaman-pengalaman itu punya
andil besar dalam pembentukan karakter dalam diriku. Ada pengalaman pahit,
banyak pula yang manis. Semua terjadi begitu saja seperti pilinan pada seutas
tambang, silih berganti mengisi hari-hariku.
Aku Bukannya Tidak Percaya Kepadamu
Barangkali
orang lain menilai aku sebagai pribadi yang tertutup. Ah, bukan hanya orang lain,
kamu juga pasti berpikir begitu. Tanpa perlu kamu sampaikan kepadaku atau orang
lain, aku sudah tahu tentang hal itu. Aku bukannya tidak percaya kepadamu. Kamu
mengenalku sejak kecil. Aku yakin kamu sangat bijaksana bila harus memberikan
penilaian tentang aku.
Bukankah
semua orang punya kekurangan?
Karena
tak ada yang sempurna, ketertutupan itu sudah pasti jadi salah satu
kekuranganku. Sedari kecil, aku telah berusaha untuk menggantungkan harapan dan
percaya kepada diriku sendiri.
Aku Terbiasa Menjadi Pendengar
Your earswill never get you in trouble.
Aku
merasa nyaman saat menempatkan diriku sebagai pendengar. Kendati aku bukan
pendengar yang baik, tetapi aku terus berusaha melakukannya semampuku. Bagiku,
tak masalah bila semua orang yang kukenal menceritakan keluh kesahnya kepadaku.
Pasti aku tak dapat banyak membantu. Namun bukankah perasaan jadi lebih lega
setelah mencurahkan semua isi hati?
Kenyamanan
itu mahal. Aku merasa bahagia jika bisa memberikan kenyamanan itu untuk banyak
orang, termasuk untukmu. Aku tak cukup bijak dan panjang akal untuk membantumu
menuntaskan semua masalah. Cuma satu hal yang bisa kujanjikan. Telingaku pasti
selalu bersedia mendengar saat kamu sudah tak kuasa menyimpan lara di hatimu.
Aku Tahu Masalahmu Pun Tak Kalah Besar
Beban
di pundakmu sangat besar. Kamu berusaha memikulnya sekuat tenaga dengan susah
payah. Kalau saja sebagian beban itu bisa kamu pindahkan ke pundakku, pasti aku
sudah menyuruhmu dari dulu. Sayang sekali, beban itu hanya bisa kau ceritakan
dalam bentuk curahan hati saja.
Tak
akan kubiarkan ada seorang pun yang menambah bebanmu itu, termasuk diriku
sendiri. Bawalah beban dan selesaikan tanggung jawabmu dengan tenang. Kamu juga
tak perlu merisaukan bebanku. Kesulitanku biarlah menjadi tanggung jawabku
sendiri.
Aku Tak Mau Kamu Ikut Sedih dan Terluka
Sifatku
yang keras kepala telah membentuk satu prinsip yang kupegang teguh hingga saat
ini. Bahwa aku tak akan membuat orang-orang yang kucintai merasa sedih dan
terluka. Aku tak ingin kamu menangis saat melihatku memikul beban itu. Aku
ingin menemuimu dengan wajah bahagia. Karena aku juga bahagia ketika melihatmu
tersenyum dan tertawa.
Maafkan
aku kalau sampai saat ini masih sering membuatmu menangis dan terluka. Aku tak
pernah bermaksud begitu. Semoga kedekatan hati kita tak lagi membuatmu bersusah
hati. Aku hanya ingin memohon satu permintaan saja. Tersenyumlah dan pastikan
bahwa kamu tidak pernah jauh dariku.
Terima
kasih banyak untuk semua cinta yang kamu berikan dalam kurang dan lebihku.
Yakinlah
bahwa aku selalu baik-baik saja. Selalu di sampingmu.
No comments